Tantangan Lokal
Hingga 2024, Lumba-Lumba Homestay telah berkembang menjadi tujuh hunian dan berpindah lokasi ke Kampung Yenbuba, Distrik Meosmansar.
Baca Juga:
Institut USBA Soroti Keppres No. 110P Tahun 2025: “Duplikasi Kelembagaan dan Sentralisasi Baru di Bawah Nama Otsus”
Awalnya, Homestay ini berkonsep sharing bathroom, tetapi sejak pandemi dan masukan dari pengunjung, Dedi mengubahnya menjadi private bathroom.
Dalam hal pembangunan, Dedi berusaha meniru arsitektur lokal Raja Ampat dengan mempertahankan bahan tradisional seperti daun bobo (nipah) dan rumbia.
Namun, ia tetap harus melakukan beberapa penyesuaian agar sesuai dengan standar pengunjung.
Baca Juga:
Raker Adat Dewan Adat Sub Suku USBA Tegaskan Regenerasi Kepemimpinan, Penguatan Budaya, dan Pembentukan Lumbung Pengetahuan Adat
Tantangan utama yang dihadapinya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan konsep ekonomi sirkular.
Banyak yang ikut membangun homestay tanpa memikirkan siapa yang akan memenuhi kebutuhan mereka. Akibatnya, muncul persaingan yang tidak sehat.
“Kita seharusnya bisa membangun ekonomi bersama, dengan peran masing-masing,” kata Dedi.