Pemerintah Raja Ampat bersama dengan LSM seperti, CI (Conservation Indonesia), dan TNC (the National Nature Conservation Foundation), berhasil menerbitkan aturan awal terkait Marine Conservation Area pada tahun 2004 dan diperbaharui pada tahun 2019.
Pada tahun 2007, pemerintah Raja Ampat berhasil menerbitkan Marine Protection Area (Daerah Perlindungan Laut) yang berjumlah 10 MPA dengan total wilayah sebesar 35,000 kilometer persegi dan sekitar 45 percent dari total terumbu karang dan mangrove di wilayah tersebut.
Baca Juga:
Anggota DPD RI Dapil Papua Barat Daya Soroti Izin Tambang di Raja Ampat, Ancaman Bagi Tujuan Pariwisata Kelas Dunia
Termasuk salah satu daerah yang banyak sekali diterapkan MPA adalah di Waigeo Barat dan Waigeo Barat kepulauan. Ini protected area yang rencana nya akan ada salah satu perusahaan tambang di Wilayah Kampung Manyaifun.
Kita harus memahami bahwa Raja Ampat terletak pada pusat jantung segitiga karang dunia. Apa itu jantung segitiga karang dunia?
Jantung segitiga karang dunia dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati laut di seluruh dunia. Wilayah ini mencakup Philippines, Solomon Island, Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, dan Timor-Leste, dan wilayah ini tergolong cukup kecil tetapi memiliki hampir sebagian besar species biota laut yang ada di dunia dibandingkan tempat lain dimanapun di seluruh dunia.
Baca Juga:
Dugaan Pembengkakan Anggaran, Arfan Poretoka SH: Ketua TAPD Raja Ampat Jangan Pura-pura Buta
Lebih dari 3000 species ikan dan 6 dari 7 species penyu hidup di daerah segitiga karang dunia. Raja Ampat memiliki lebih dari 1.600 species ikan karang, 75% species karang di dunia, 6 dari 7 jenis penyu yang terancam punah, dan 17 species mamalia laut (sumber; Blud Uptd, Raja Ampat).
Dari kekayaan sumber daya laut diatas, pemerintah Kabupaten Raja Ampat harus secara konsisten dan tegas menerapkan ‘Sustainable Development Plan’ dalam setiap kebijakan yang dilakukan. Hal ini bertujuan agar kedepan tidak ada lagi celah bagi para pemodal untuk mendapatkan ijin tambang di Raja Ampat.
Dan oleh sebab itu, sebagai salah satu anak muda yang juga berasal dari Waigeo Barat, Raja Ampat, dan sedang menempuh study Pariwisata di Amerika Serikat, saya dengan tegas menolak tambang di Raja Ampat.