Banyak wisatawan yang jauh-jauh datang menyelam atau snorkeling di Raja Ampat hanya untuk melihat pari manta.
Setidaknya ada dua spesies pari manta di Raja Ampat, yakni pari manta karang (Mobula alfredi) dan pari manta oseanik atau pari manta raksasa (Mobula birostris).
Baca Juga:
Soroti Tambang di Raja Ampat, Wisatawan Internasional: We Dont Want This Mine, The Ecosystem is So Beautiful There
Pari manta di Raja Ampat bisa tumbuh hingga sepanjang 5 meter.
Hasil studi berjudul "Natural history of manta rays in the Bird’s Head Seascape, Indonesia, with an analysis of the demography and spatial ecology of Mobula alfredi" menunjukkan banyaknya situs agregasi pari manta di Selat Dampier dan Waigeo Barat, Raja Ampat.
Selain itu, studi ini juga mengidentifikasi empat habitat pembesaran juvenil (individu muda) pari manta di Laguna Wayag dan Hol Gam. Adanya urgensi untuk memantau situs agregasi pari manta tersebut, khususnya daerah pembesaran, dan adanya habitat pari manta yang belum diketahui mendorong Yayasan Reef Check Indonesia (YRCI) melihat untuk melakukan kajian sensus populasi dan pola pergerakan pari manta di Raja Ampat.
Baca Juga:
David Dimara: Pariwisata Versus Tambang di Raja Ampat
Kajian ini dilaksanakan pada April-November 2021 di tiga kawasan konservasi perairan (KKP) di Kepulauan Raja Ampat, yakni Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Selat Dampier, Suaka Alam Perairan (SAP) Raja Ampat, dan SAP Waigeo Sebelah Barat.
Tujuan dari kajian ini, antara lain memahami penggunaan habitat juvenil pari manta karang di daerah pembesaran, memahami pola migrasi pari manta di daerah yang masih belum banyak dikaji, memantau situs agregasi manta sekaligus mengeksplorasi habitat kritis lain yang belum pernah teridentifikasi.
Secara umum, terdapat tiga pendekatan yang digunakan, yaitu identifikasi fotografis, telemetri satelit, dan telemetri akustik pasif.