Bekerja di Tanah Misi
kelaparan, akan tetapi sekarang ada ayam, babi, kambing dalam jumlah besar; kita tidak main judi lagi, melainkan mengikuti Tuhan; itulah berkat Pastor Le Cocq. Senin, 9 November 1891 Pater Le Cocq meninggalkan Sikka. Orang-orang menangis, menjerit, dan meraung mengiringi kepergiannya. Hati Pater Le Cocq teriris, tetapi itulah pengutusan Sang Misionaris.
Baca Juga:
Danrem 182/JO Pimpin Upacara HUT Hari Juang TNI AD Ke-79
Tempat baru Pater Le Cocq adalah Pulau Seram, di Ambon. Pater Le Cocq terus mengadakan kunjungan dari satu pulau ke pulau lain, dari kampung satu ke kampung lain.
Tak jarang Pater Le Cocq menahan demam, diare, dan sakit di gubuknya yang kecil atau di kapal kecil yang membawanya terombang-ambing dalam pelayanan kepada umat di pulau-pulau kecil.
Di Pulau Geser Pater Le Cocq sudah mendengar tentang Pulau Papua, tetapi ia tidak dapat membayangkan tempatnya.
Baca Juga:
Waode Syahara Bersama Tim Shiva Kokas Berbagi Sukacita Natal di Distrik Kokas
Akhirnya, dengan kapal 22 Mei 1894 Pater Le Cocq pertama kalinya menginjakkan kaki di Pulau Papua. Kapalnya mendarat di Kampung Sekeru, di Semenanjung Fakfak.
Pater Le Cocq mulai mengenal orang-orang di sekitarnya. Hari pertama ia sudah membaptis 8 anak menjadi Katolik. Sembilan hari kemudian ia membaptis 65 anak lagi.
Ia terus ke gunung-gunung mencari orang-orang yang tinggal di sana. Bulan Juni 1894 Pater Le Cocq sudah kembali ke Bomfia. Pater Le Cocq berpikir lebih baik ia tinggal di Pantai Papua dan dari sana sewaktu-waktu melayani umatnya di Pulau Seram, Bomfia.