Kapal sekoci yang mengantarkan Pater Le Cocq ke pantai terombang-ambing walau akhirnya sampai di darat juga. Setelah semua urusan di darat selesai, sore menjelang petang Pater Le Cocq meminta diri pada orang-orang di pantai. Ombak sudah semakin besar, tetapi Pater Le Cocq tetap bertekad menuju kapal Al Bahanasa yang telah lama menunggunya di tengah pantai.
Sekoci itu berusaha menembus ombak pantai yang ganas. Lautan terlihat sungguh mengerikan, ombak datang menghempas sekoci kecil yang membawa Pater Le Cocq. Akhirnya sekoci itu terguling ke laut. Barang-barang di sekoci berhamburan ke laut. Masih ada yang melihat Pater Le Cocq berusaha menepi bersama seorang anak yang ada di pelukannya. Tetapi setiba di darat anak kecil itu tinggal seorang diri. Dia menunjuk ke laut ketika ditanya dimana Pater Le Cocq berada.
Baca Juga:
Danrem 182/JO Pimpin Upacara HUT Hari Juang TNI AD Ke-79
Mengetahui Pater Le Cocq tidak muncul di daratan, para penduduk mulai mencari Pater Le Cocq di pinggir-pinggir pantai. Beberapa perahu dan mendayung siang malam mencari, tetapi tidak menemukan jenasah Pater Le Cocq d’Armandville. Mereka menangis dan bersedih dengan hilangnya pater yang telah merebut hati mereka.
Kapal Al Bahanasa yang menunggu harus segera mengangkat jangkar melanjutkan perjalanan ke Kapaur. Mereka menuju Bruder Zinken yang sejak Maret ditinggal kesepian sendirian, mengabarkan kabar menyedihkan itu.
Di Kapaur Bruder Zinken telah lama menunggu Pater Le Cocq. Bruder Zinken sempat ke Seram untuk mencari keperluan dapur dan lainnya. Sewaktu hendak ke Seram, bruder bertemu dengan Pater van der Heijden yang sedang dalam pelayaran dari Ambon ke Kei. Pater Heijden singgah di Kapaur menemani Bruder Zinken.
Baca Juga:
Waode Syahara Bersama Tim Shiva Kokas Berbagi Sukacita Natal di Distrik Kokas
Tanggal 18 Juni kapal yang dinanti-nanti Bruder Zinken muncul. Tetapi tak terlihat orang yang dinanti-nantikannya. Kapten Kapal Pieter Salomon akhirnya menyampaikan kabar duka cita itu: Pater Le Cocq d’Armandville tewas ditelan ombak. Jasadnya tidak ditemukan.
Tak dapat dilukiskan kesedihan hati kedua jesuit itu, apalagi bagi Bruder Zinken yang telah lama mengenal Pater Le Cocq d’Armandville. Hati mereka tersayat. Pater Le Cocq hidup sebagai seorang ksatria dan tewas laksana ksatria juga. Pater Le Cocq tewas pada usia 50 tahun.
Kapal Al Bahanasa yang menyiarkan kabar kematian Pater Le Cocq sampai di Banda Neira. Karena melihat ada beberapa hal ganjil seputar kematian Pater Le Cocq, Nahkoda Pieter Salomon diperiksa di Kantor Pengadilan Banda Neira.