April 1895 Pater Le Cocq bersalaman dengan komunitas Jesuit di Langgur. Ia menuju Pulau Papua ditemani Bruder Zinken dan Bruder te Boekhorst.
Dua bruder itu sama-sama bersemangat memulai misi di Papua. Perjalanan ternyata sangat melelahkan. Pater Le Cocq jatuh sakit. Tubuhnya lemah, demam, dan ia jatuh pingsan.
Baca Juga:
Danrem 182/JO Pimpin Upacara HUT Hari Juang TNI AD Ke-79
Saat tiba di daratan hujan turun dengan lebat. Kedua bruder dibantu beberapa penduduk berusaha menata papan sebagai gubuk sementara. Pater Le Cocq terbaring pingsan di papan yang ditata seadanya. Saat itu awal Mei. Mereka membuka bulan Mei dengan doa rosario.
Setelah beberapa hari tinggal di pinggir pantai, mereka mendirikan pastoran 150 meter dari Pantai Besar. Pater Le Cocq lalu bekerja dan membaptis 86 anak lagi.
Ia tekun mengajar dan mengobati orang-orang yang sakit. Pater Le Cocq tekun belajar bahasa daerah meskipun usianya sudah memasuki 50 tahun. Bruder te Boekhorst lalu kembali ke Langgur. Pater Le Cocq tinggal bersama Bruder Zinken.
Baca Juga:
Waode Syahara Bersama Tim Shiva Kokas Berbagi Sukacita Natal di Distrik Kokas
Pada akhir tahun stasi Kapaur kedatangan tamu istimewa. Pater Julius Keijzer, Superior Misi Serikat Yesus di Indonesia mengunjungi Kapaur.
Pater Keijzer sangat terkejut melihat kondisi Pater Le Cocq yang sangat kurus dan terlihat lemah. Pater Keijzer bermaksud mengajak Pater Le Cocq berlibur ke Jawa untuk memulihkan kesehatannya.
Tetapi Pater Le Cocq menjawab, “Selama belum ada Pater yang mengganti saya dan mengambil alih pekerjaan, saya akan menderita batin karena jiwa-jiwa yang kutinggalkan. Dimanapun saya berada, saya tidak akan menemukan sesuatu yang dapat menyembuhkan derita hati saya.”