Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi ini juga sangat menyayangkan, karena perang antar faksi itu malah membuat Polri ‘ditelanjangi’ dan bulat-bulat difitnah terus menerus.
Yang membuat kita tidak habis pikir adalah testimoni Ismail Bolong, seorang mantan Bintara Polri tetapi tak lama setelah itu dia mengklarifikasi sendiri pernyataannya bahwa tuduhannya itu tidak benar dan dia ngaku berbuat demikian karena ditekan Brigjen Hendra yang kita tau sepanjang karirnya di Polri terus menerus berposisi di Propam Mabes.
Baca Juga:
Perang Melawan Narkoba: Polda Sumut Ungkap 32 Kasus dan Sita 201 Kg Sabu, 272 Kg Ganja serta 40.000 butir Ekstasi
Sesuatu keanehan sekaligus nekad yang bodoh karena terlalu mudah menyerang terus langsung minta maaf. Ini fenomena yang luar biasa namun justru digunakan menjadi layaknya seperti sesuatu bukti hukum, kecamnya.
Hal lain yang membuat Yudis heran dan tak habis pikir kenapa produk Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Ropaminal Mabes Polri bisa keluar ke publik.
“Kalau tidak ada keterlibatan orang dalam tentu tidak mungkin kebocoran LHP itu terjadi. Mengacu kepada pengakuan Ismail Bolong, sangat masuk akal kalau antek-antek Hendra Kurniawan terlibat, apalagi dia sudah 13 tahun di menjabat di Propam,” tukasnya.
Baca Juga:
Curah Hujan Tinggi Picu Banjir di Tapteng, Ratusan Rumah Terendam
Yudis juga sangat menyayangkan sikap Kadiv Propam Irjen Syahardiantono yang dipercaya Kapolri untuk membenahi internal terkesan ‘tutup mata’.
Ini juga patut dipertanyakan, apa Kadiv Propam tidak bisa meredam dan tidak tahu produk yang menjadi produk rahasia internalnya bisa muncul ke permukaan dengan sangat gamblang.
Jangan sampai ada anggapan bahwa pengaruh Irjen Syahardiantono kalah terhadap antek-antek Hendra atau Sambo di dalam Propam.