Fenomena apa yang terjadi dibalik saling serang dan tebar fitnah di tubuh Polri ini?
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Forum Masyarakat Pemantau Negara (DPN Formapera), Teuku Yudhistira mengungkapkan, sudah diprediksi sejak awal, bahwa hal-hal seperti ini rentan terjadi ketika skenario Ferdy Sambo dalam kasus pembunuhan Yosua gagal dan tidak mendapat dukungan dari institusi.
Baca Juga:
Perang Melawan Narkoba: Polda Sumut Ungkap 32 Kasus dan Sita 201 Kg Sabu, 272 Kg Ganja serta 40.000 butir Ekstasi
Terlihat, dengan kekuatannya yang masih besar di Polri, Ferdy Sambo atau pun jenderal-jenderal dijajarannya seperti Hendra Kurniawan, jelas masih memiliki loyalis yang dengan mudah melakukan hal tersebut.
“Bagaimana pun juga Polri dalam posisi ambivalen. Dia dibutuhkan tapi sekaligus tidak disukai. Tentu ini karena tingkah oknum-oknum didalamnya yang tak pernah patuh dan benar-benar menanamkan Tri Brata didalam sanubarinya. Kapolri menjadi dalam posisi dilematis,” tegas Yudhistira dalam keterangan tertulisnya di Medan.
Pria yang akrab disapa Yudis ini juga menilai, sadar atau tidak sadar, ada upaya-upaya pihak tertentu baik di internal atau eksternal yang menginginkan Polri bisa dikendalikan sesuai kemauan atau bertujuan untuk membubarkan institusi.
Baca Juga:
Curah Hujan Tinggi Picu Banjir di Tapteng, Ratusan Rumah Terendam
“Institusi Polri ini ibaratnya sebuah arena pertarungan pihak tertentu yang ingin mengendalikannya sesuai kemauan atau sekalian dibubarkan, jika masih ada anggota yang berusaha mempertahankan kemurnian Polri seperti yang termaktub di dalam Tri Brata,” ucapnya.
Yudis juga mensinyalir keterlibatan para senior di Polri yang sudah pensiun masih berupaya mencari keuntungan dalam kisruh tersebut.
“Dan itu cukup banyak. Sehingga tak heran situasi ini memunculkan bahwa banyak faksi dengan misi masing-masing yang berupaya menguasai Polri dengan cara apapun,” tandasnya.