Papua-Barat.WahanaNews.co, Raja Ampat - Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan 10 November, Dewan Adat Sub Suku Usba telah menyelesaikan dan menerbitkan buku sejarah perjalanan Sub Suku Usba di Raja Ampat berjudul Merajut Kisah dari Pulau ke Pulau, Rekonstruksi Sejarah Sub Suku Usba di Raja Ampat, 10 November 2024
Sub Suku Usba merupakan salah satu rumpun suku berbahasa Byak dan bertempat tinggal di Raja Ampat. Usba memiliki sejarah panjang yang kisahnya jalin menjalin di antara translokasi Suku Byak (dari Pulau Biak), Suku Daam (dari Kaliraja), dan suku-suku lain dari kepulauan Maluku.
Baca Juga:
Jadi Korban Penganiayaan Terkait Izin Perusahaan Tambang di Raja Ampat, Ronisel Mambrasar Minta Atensi Pemda Terhadap Hak Adat Masyarakat di Kampung Manyaifun
Sayangnya, generasi hari ini banyak kehilangan jejak sejarah perjalanan leluhur mereka, yang mengakibatkan jati diri mereka pun kehilangan akarnya.
Menyikapi hal ini, dalam rapat kerja Dewan Adat Sub Suku Usba di tahun 2022 memutuskan untuk mulai menyusun kisah sejarah perjalanan Usba dalam sebuah buku. Sejak itu, upaya penyusunan buku dilakukan, termasuk berkoordinasi dengan Kankain Karkara Byak (Dewan Adat Byak) dan Kesultanan Tidore.
Kedua entitas budaya ini lekat kaitannya dengan perjalanan Usba, sehingga penulisan buku ini menjadi lebih komprehensif.
Baca Juga:
Menakar Kompetensi Charles Adrian Michael Imbir, Calon Bupati Raja Ampat 2024-2029
Pada Juli 2024, perjalanan penulisan mulai dilakukan dengan menerjunkan tim penulis melakukan wawancara, observasi dari pulau ke pulau yang ditengarai sebagai jejak sejarah Usba dilakukan.
Observasi dilakukan di 27 titik lokasi berbagai pulau di Raja Ampat dan mewawancarai 62 narasumber, yang terdiri dari masyarakat Sub Suku Usba, dan masyarakat suku lain baik di Raja Ampat maupun Biak yang memiliki relasi sejarah dengan Usba.
Tim penulis juga melakukan penggalian data dari sejarawan dan studi pustaka, termasuk dokumen-dokumen kuno yang pernah ditulis oleh etnografer dan penjelajah berkebangsaan Eropa di Raja Ampat.
Charles Imbir, Ketua Dewan Adat Sub Suku Usba menjelaskan, “Buku ini merupakan salah satu agenda kerja Dewan Adat Sub Suku Usba. Sejarah menjadi penting untuk dipelajari kembali oleh generasi muda kita, agar kita juga bisa belajar dari pengalaman leluhur. Tanpa sejarah, kita tidak akan bisa kemana-mana. Pengetahuan tentang sejarah adalah titik anjak untuk kemajuan bersama.”
Melalui kata sambutannya dalam buku, Charles Imbir memaparkan bahwa melihat dari hasil penelusuran jejak sejarah leluhur Usba, semuanya saling terkait oleh relasi persaudaraan dan kepentingan yang sama. Buku ini juga menunjukkan, suku-suku di Raja Ampat pun telah saling menjalin relasi persaudaraan sejak lama.
Hal ini tentu saja menjadi landasan untuk memacu kebersamaan maju untuk Raja Ampat secara keseluruhan.
Sebagai buku sejarah, buku ini juga dilengkapi dengan peta-peta perjalanan, silsilah-silsilah keluarga, warisan tradisi dan kisah-kisah berdasarkan memori kolektif para masyarakat Usba.
Oleh penulis kemudian diperkuat dengan kontekstualisasi peristiwa-peristiwa sejarah di masa itu, yang ternyata terkait dengan perjalanan Usba.
“Dari perjalanan masyarakat Usba, kita bisa melihat lalu lintas individu-individu yang secara sepintas terlihat seperti perjalanan yang terpisah, ternyata ada dalam sebuah konteks sejarah besar Indonesia, termasuk perdagangan dan pertukaran rempah serta wewangian terkait jalur rempah, dan juga keramik Cina serta burung cenderawasih di perairan Timur Indonesia pada era kolonialisme,” ungkap anggota penulis buku, Mahendra Uttunggadewa.
Buku ini secara khusus diwujudkan sebagai amanah Dewan Adat Sub Suku Usba yang bekerja sebagai penjaga dan pelestari adat, merupakan buku pertama yang bercerita tentang Usba secara mendalam dan secara umum menjadi sumbangan bagi sejarah peradaban manusia di wilayah Indonesia Timur.
[Redaktur: Hotbert Purba]