Ganjar juga menyoroti peningkatan kasus pinjaman online, terorisme, peredaran narkoba, dan perdagangan manusia. Sebagai kader PDI Perjuangan, ia mendorong reformasi di kepolisian dengan memperkuat sistem siber, termasuk peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang siber.
Selain itu, Ganjar Pranowo berencana untuk memperkuat Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), membangun sistem, dan mempercepat perkembangan jaringan internet.
Baca Juga:
Pemohon Uji Materi UU Pemilu Desak Percepatan Pelantikan Presiden Terpilih
“Pertahanan masuk ke wilayah 5.0, dengan teknologi sakti, rudal hipersonik, senjata siber, sensor kuantum, dan sistem senjata otonomi. Itu bisa dilakukan kalau anggaran Kementerian Pertahanan mencapai 1-2 persen dari produk domestik bruto (PDB),” sebutnya.
Terkait dengan isu siber, Anies Baswedan menyampaikan bahwa Indonesia perlu mengembangkan sistem pertahanan siber yang menyeluruh, melibatkan seluruh lembaga.
Selanjutnya, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menjelaskan strategi lainnya, seperti mengakuisisi teknologi terbaru dan membentuk mekanisme tanggap cepat terhadap serangan siber.
Baca Juga:
Mahfud MD: Saya Lebih Baik dari Prabowo-Gibran, tetapi Rakyat Lebih Percaya Mereka
Menanggapi pernyataan tersebut, Prabowo mengkritik jawaban Anies sebagai terlalu bersifat teoritis. Menurutnya, perkuatan sumber daya manusia harus menjadi fokus utama dalam konteks pertahanan siber.
“Sekali lagi saya berpandangan Pak Anies terlalu teoritis. Semuanya bagus, indah. Tapi, yang nyata tentang masalah artificial intelligence, siber, teknologi tinggi, dan sebagainya, adalah sumber daya manusianya," kata Prabowo.
Begitu jadi Menteri Pertahanan, lanjutnya, dia langsung membentuk empat fakultas baru di Universitas Pertahanan di bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika.