Akhirnya pada tanggal 9 Mei 1854, Ottow dan Geissler dengan menumpang kapal laut "Padang" meninggalkan Batavia menuju ke Ternate.
Mereka harus berpisah dengan rekan mereka yaitu Schneider yang sakit berat sehingga harus tinggal di Batavia, tapi Schneider kemudian meninggal dunia pada tanggal 22 Maret 1855 karena sakit TBC, ketika Ottow dan Geissler sudah berada di Tanah Papua.
Baca Juga:
Direktur LP3BH Manokwari Yan Christian Warinussy Ditembak OTK di Manokwari
Dia tidak sempat menyusul mereka dan belum sempat menginjakkan kakinya di Pulau Mansinam maupun di tanah Papua. Di pulau Ternate, Ottow dan Geissler tiba pada tanggal 30 Mei 1854 dan mereka harus menunggu untuk memperoleh Surat Pengantar bagi misi pelayanan Pekabaran Injil ke Tanah Papua dari Sultan Tidore.
Sebagai salah satu unsur pimpinan pada DAP Wilayah III Doberay, saya memahami dan yakin bahwa sesungguhnya keberadaan Ottow dan Geissler di Ternate sebagai bagian dari Kesultanan Tidore antara Mei 1854 hingga awal tahun 1855 adalah semata-mata karena menunggu pemenuhan prosedur formal semata yaitu memiliki surat pengantar atau surat jalan ke Tanah Papua dari Sultan Tidore sebagai representase Pemerintah Belanda selaku penguasa negeri Nusantara kala itu.
Mereka justru sehari-harinya hidup bersama Sang saudagar asal Belanda Van Duivenbode yang memiliki 6 (enam) kapal dagang dan sangat berpengalaman dalam berdagang di pantai Utara Tanah Papua (dari Salawati sampai Roon di Teluk Cenderawasih).
Baca Juga:
Kapolri Mutasi 3 Kapolres Lingkup Polda Papua Barat
Van Duivenbode sangat membantu kedua rasul Papua itu, bahkan dia memberi tumpangan bagi mereka ke Pulau Mansinam dengan kapalnya yaitu "Ternate".
Van Duivenbode juga sering disebut dengan nama "Raja Ternate". Van Duivenbode juga membekali mereka dengan informasi mengenai Pulau Mansinam dan penduduknya yang berbahasa Numfor, sehingga mendorong Ottow belajar bahasa Numfor kerja itu demi menunjang misi pelayanan Injil.
Sehingga dapat disimpulkan untuk sementara bahwa sesungguhnya andil Tuan Van Duivenbode sangat besar bagi Ottow dan Geissler, dan bukan sebaliknya yang dilakukan oleh Sultan Tidore kala itu, karena kendatipun Sultan Tidore memberi mereka surat jalan yang isinya menerangkan mereka sebagai orang baik, tapi karena Sultan Tidore tidak pernah membuat kebaikan kepada orang Papua, sehingga mereka di Pulau Mansinam mencurigai kedatang kedua zendeling ini.