Papua-Barat.WahanaNews.co, Raja Ampat - Kabupaten Raja Ampat dikenal sebagai daerah yang kaya akan keanekaragaman budaya, agama, dan suku sejak zaman dahulu.
Sebagai wilayah kepulauan yang strategis, Raja Ampat sejak dulu telah menjadi tempat pertemuan berbagai peradaban, baik dari nusantara maupun luar negeri.
Baca Juga:
Menakar Kompetensi Charles Adrian Michael Imbir, Calon Bupati Raja Ampat 2024-2029
Pluralisme di wilayah ini terlihat jelas dari sejarahnya yang melibatkan interaksi berbagai suku lokal dengan pengaruh asing, seperti pedagang dari Arab, Tiongkok, dan Eropa yang membawa ajaran agama Islam dan Kristen.
Masyarakat Raja Ampat hidup berdampingan dalam harmoni, dimana tradisi keagamaan yang berbeda menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Hal ini tercermin dalam sistem politik lokal yang secara historis telah mempertimbangkan keseimbangan antara dua agama mayoritas, yaitu Islam dan Kristen, dalam menentukan pasangan calon pemimpin daerah.
Baca Juga:
Tampil di Kampanye Akbar, Warga Ikaswara Raja Ampat Optimis Melangkah Bersama Paslon Ceria
Namun, pluralisme di Raja Ampat tidak hanya terbatas pada agama, tetapi juga mencakup adat istiadat, bahasa, dan cara hidup yang bervariasi di antara berbagai suku yang mendiami kepulauan ini.
Foto Bersama Paslon CERIA Bersama Warga di Kampug Persiapan, Jefman Barat Daya. (Foto: WahanaNews/Istimewa)
Dalam konteks politik modern, keberagaman ini tetap menjadi salah satu kekuatan utama Raja Ampat. Tradisi pemilihan pasangan calon dari dua agama yang berbeda telah menjadi simbol persatuan dan upaya menjaga kohesi sosial.