Munculnya pasangan CERIA, Charles Imbir dan Reynold Bula, yang keduanya berasal dari agama Kristen, menjadi tanda bahwa masyarakat Raja Ampat mungkin siap untuk melangkah ke arah yang lebih progresif.
Mereka ingin menekankan bahwa esensi kepemimpinan terletak pada integritas, visi, dan keberpihakan kepada seluruh masyarakat, bukan semata-mata pada latar belakang agama.
Baca Juga:
Institut USBA Soroti Keppres No. 110P Tahun 2025: “Duplikasi Kelembagaan dan Sentralisasi Baru di Bawah Nama Otsus”
Sejarah pluralisme Raja Ampat justru menjadi landasan kuat bagi pasangan CERIA untuk mempromosikan kepemimpinan yang inklusif, yang mampu merangkul semua golongan tanpa diskriminasi.
Mereka berani mendobrak tradisi lama demi menghadirkan perubahan yang substansial. Raja Ampat, dengan kekayaan budayanya, selalu mampu beradaptasi dan berevolusi sesuai dengan perkembangan zaman.
Kehadiran pasangan CERIA menunjukkan bahwa, meskipun tradisi penting, kebutuhan untuk menghadirkan solusi nyata bagi masyarakat lebih krusial.
Baca Juga:
Raker Adat Dewan Adat Sub Suku USBA Tegaskan Regenerasi Kepemimpinan, Penguatan Budaya, dan Pembentukan Lumbung Pengetahuan Adat
Dengan demikian, langkah CERIA bukanlah sebuah penolakan terhadap pluralisme, melainkan sebuah penegasan bahwa kepemimpinan sejati adalah tentang pengabdian kepada semua warga, tanpa memandang agama, suku, atau golongan.
Sejarah Raja Ampat yang pluralis mendukung narasi ini—bahwa perbedaan adalah kekuatan, dan pemimpin yang bijak adalah mereka yang dapat memanfaatkan keberagaman ini untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua.
[Redaktur: Hotbert Purba]