Sedangkan penutup kepala yakni Suar Bebeb Ulu dan Somalai dihiasi dengan bulu-bulu burung cendrawasih.
Busana Adat Tanimbar untuk perempuan terdiri dari kebaya putih dan kain tenun hitam yang dihiasi dengan ikat pinggang atau Ampil Kdelan.
Baca Juga:
Hadir di Sorong, Syafii Efendi Pesan Hal Ini ke Anak Muda Sorong
Kemudian dilengkapi dengan hiasan kepala atau Somalai terbuat dari bulu burung cendrawasih.
Sementara perhiasan yang dikenakan adalah anting-anting atau disebut Lelbutir atau Kmwene, Mas bulan atau Mase yang dipasang pada dahi, kalung mas atau manik- manik yang berjuntai yang disebut Ngoras atau Tetenu atau manik-manik.
Selain itu ada juga gelang kaki yang terbuat dari gading gajah atau disebut Soriti. Semuanya memiliki makna filosofis.
Baca Juga:
Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri, Memajukan Budaya Menonton Sesuai Usia
Misa inkulturasi Etnis Tanimbar ini, Pastor Heri Lobya dalam khotbahnya mengingatkan umatnya, Yesus adalah Gembala Utama yang selalu siap bagi domba-domba-Nya.
“Yesus tergerak hati-Nya ketika melihat begitu banyak orang mengharapkan belas kasih-Nya. Hati Yesus bergeming ketika melihat mereka, seperti domba yang tidak bergembala. Ada begitu banyak orang berbondong-bondong ingin mendengarkan ajaran dan karya mujizat-Nya. Ia pun tak dapat membendung belas kasih-Nya,” ucap RP Heri Lobya.
Misa Inkulturasi diwarnai tarian persembahan oleh gadis-gadis Tanimbar dari Stasi Santa Yosefa Klagana menambah hikmah dan sakralnya Misa Syukur Inkulturasi tersebut.