Papua-Barat.WahanaNews.co, Kota Sorong - Pastor Gereja Katolik RP Heri Lobya, OSA memimpin Misa inkulturasi dalam budaya Tanimbar Maluku Tenggara Barat di Paroki Santo Yohanes Pembaptis Kota Sorong, Minggu 21 Juli 2024.
Misa Etnis Tanimbar ini merupakan jadwal bulanan bagi 8 Etnis yang berdomisi di Paroki St Yohanes Pembaptis Klasaman Sorong,
Baca Juga:
Kapolda Papua Barat Daya Tiba Kota Sorong, Bernhard Rondonuwu: Apresiasi Terbentuknya Polda Papua Barat Daya
Pada Minggu Biasa ke XVI Etnis Tanimbar mendapat kesempatan menyiapkan koor etnis untuk dipersembahhkan kepada Tuhan.
Misa etnis selalu dihadiri ribuan umat Katolik Paroki St Yohanes Pembaptis, ruang Gereja tak mampu menampung kehadiran umat Katolik. Bahkan sebagian umat Katolik harus berdiri di tempat parkiran kendaraaan dan tetap berdoa.
Misa Syukur dilantunkan koor Tanimbar, dengan lagu-lagu berbahasa daerah Tanimbar.
Baca Juga:
Paslon Nomor Urut 2, Septinus Lobat dan Anshar Karim Berbeda Tempat Menyalurkan Hak Pilih
Tampak dilengkapi dengan busana adat Tanimbar, berupa kain tenun khas, memiliki sejumlah motif dengan makna dan filosofi masing-masing.
Baju adat Tanimbar terdiri atas busana untuk laki-laki dan perempuan. Baju adat ini dahulu dikenakan oleh masyarakat kalangan atas. Zaman mulai berubah sehingga semua kalangan bisa mengenakan busana tersebut.
Sekilas Pakaian Adat Tanimbar untuk pria pakaian dan perhiasan yang digunakan terdiri dari kemeja dan kain Salempang atau Skwai.
Sedangkan penutup kepala yakni Suar Bebeb Ulu dan Somalai dihiasi dengan bulu-bulu burung cendrawasih.
Busana Adat Tanimbar untuk perempuan terdiri dari kebaya putih dan kain tenun hitam yang dihiasi dengan ikat pinggang atau Ampil Kdelan.
Kemudian dilengkapi dengan hiasan kepala atau Somalai terbuat dari bulu burung cendrawasih.
Sementara perhiasan yang dikenakan adalah anting-anting atau disebut Lelbutir atau Kmwene, Mas bulan atau Mase yang dipasang pada dahi, kalung mas atau manik- manik yang berjuntai yang disebut Ngoras atau Tetenu atau manik-manik.
Selain itu ada juga gelang kaki yang terbuat dari gading gajah atau disebut Soriti. Semuanya memiliki makna filosofis.
Misa inkulturasi Etnis Tanimbar ini, Pastor Heri Lobya dalam khotbahnya mengingatkan umatnya, Yesus adalah Gembala Utama yang selalu siap bagi domba-domba-Nya.
“Yesus tergerak hati-Nya ketika melihat begitu banyak orang mengharapkan belas kasih-Nya. Hati Yesus bergeming ketika melihat mereka, seperti domba yang tidak bergembala. Ada begitu banyak orang berbondong-bondong ingin mendengarkan ajaran dan karya mujizat-Nya. Ia pun tak dapat membendung belas kasih-Nya,” ucap RP Heri Lobya.
Misa Inkulturasi diwarnai tarian persembahan oleh gadis-gadis Tanimbar dari Stasi Santa Yosefa Klagana menambah hikmah dan sakralnya Misa Syukur Inkulturasi tersebut.
[Redaktur: Hotbert Purba]