Pada kawasan perairan bentang kepala burung Papua tradisi konservasi sumber daya laut berbasis kearifan lokal ini memiliki beberapa sebutan yakni Sasi, Nggama dan Kerakera.
Ketiganya mempunyai kesamaan yakni membatasi pemanfaatan dari sumber daya alam tertentu untuk memberikan kesempatan kepada alam untuk melakukan regenerasi, serta manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat.
Baca Juga:
Program Kolaborasi KASUARI untuk Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Sorong Selatan
Karena itu Konservasi Indonesia, sebut Meity, menginisiasi dibangunnya Jejaring Sasi untuk memperkuat ketahanan masyarakat sekaligus sumber daya alam itu sendiri.
“Ketika masyarakat pesisir bergandengan tangan membuat Sasi, artinya seluruh pesisir saling terhubung dengan peraturan Sasi yang artinya wilayah kelola masyarakat pesisir terlindungi. Ketika ada ancaman terhadap perusakan pesisir, tidak hanya lokasi tersebut yang bersuara, tapi seluruh masyarakat yang terbangun solidaritasnya oleh Sasi ini akan ikut bersuara. Inilah fungsi jejaring Sasi yang sesungguhnya. Tujuan Jejaring Sasi adalah untuk membangun perlindungan dan pengelolaan bersama atas wilayah kelola masyarakat dan memastikan ketahanan masyarakat adat dan masyarakat lokal lainnya terjaga untuk waktu yang panjang,” jelas Meity.
Pada pelatihan ini, imbuh Meity, Konservasi Indonesia memberikan pemaparan yang bertujuan agar masyarakat mempunyai suara kolektif yang kuat atas wilayah kelolanya, dan membekali pengetahuan mengenai pola reproduksi biota yang memiliki nilai ekonomis penting sehingga penerapan Sasi bisa optimal menghasilkan manfaat, sambil secara bersamaan memastikan keberlanjutan sumber daya alamnya.
Baca Juga:
Hut TNI Ke-79, Kodim 1802 Bagikan Sembako untuk Masyarakat
“Biarpun manusia menambah jumlah alat tangkap, memperbesar, membuat yang lebih canggih, tetap saja ikan dan biota laut makin berkurang. Karena reproduksi ikan dan biota laut jauh lebih lambat perkembangbiakannya dari kecepatan manusia menangkap, jadi menghidupkan Sasi adalah upaya yang sangat arif untuk memastikan sumber perikanan masyarakat pesisir akan tetap ada untuk selamanya. Mari ramai-ramai membuat Sasi di pesisir kampung masing-masing,” tukas Meity.
Salah satu peserta pelatihan asal Kampung Aisandami, Kabupaten Teluk Wondama, Tonce Somisa mengatakan, melalui pelatihan ini besar harapan masyarakat mendapat hasil maksimal pada saat Sasi dijalankan.
“Sasi di kampung kami diberlakukan selama tiga tahun, dan belum dibuka hingga tahun ini. Setelah pelatihan ini, ketika Sasi dibuka kembali, kami akan membuat laporan agar masyarakat bisa mendapatkan hasil yang terbaik,” ujarnya.