Sorong, WahanaNews-Papua Barat | Pastor Izaak Bame dari Keuskupan Manokwari Sorong mengirim surat kepada Presiden Republik Indonesia dan Menteri Agama di Jakarta.
Salam dalam persaudaran, izinkan saya Pastor Izaak Bame, Pastor Gereja Katolik Keuskupan Manokwari (KMS) Sorong Papua Barat Daya mewakili seluruh Masyarakat Katolik yang berdomisili di Indonesia dan Luar Negeri mendatangi Presiden Republik Indonesia dan Menteri Agama dalam bentuk tulisan, memohonkan berapa hal, yaitu;
Baca Juga:
Persiapan Pemerintah Papua Barat Daya dalam Masa Tenang dan Pungut Hitung Pilkada 2024
Pertama
Mohon memberikan penjelasan secara terbuka kepada Masyarakat Katolik terkait dengan belum diangkat dan lantik seorang Dirjen Bimas Katolik agar Masyarakat Katolik tidak bertanya-tanya.
Kedua
Baca Juga:
Puluhan Ribu Massa Padati Alun-Alun Aimas, Hadiri Kampanye Akbar Bernard Sagrim-Sirajudin Bauw di Kabupaten Sorong
Mengapa berapa tahun dipertahankan seorang Pelaksana Tugas
Ketiga
Apa memang di Negara Republik Indonesia tercinta ini tidak ada lagi Masyarakat Katolik yang bisa menduduki jabatan Dirjen Bimas Katolik.
Keempat
Kalau memang Presiden Republik Indonesia dan Menteri Agama merasa Masyarakat Katolik Indonesia tidak punya Hak untuk mendapat pelayanan dari Negara Republik Indonesia maka sebaiknya disampaikan secara baik dan bertanggung jawab bukan ditunjukkan dengan Sikap Diam, apa lagi terkesan Malas Tahu dengan Keadaan Masyarakt Katolik yang hidup di negara tercinta ini.
Kelima
Cara Presiden dan Menteri Agama memperlakukan Masyarakat Katolik Indonesia dengan cara menomor duakan Hak untuk mendapat Pelayanan Publik, maka memberi indikasi kuat bawah negara Republik tercinta memperlakukan sistem agama mayoritas mendapat prioritas dari negara. Sedangkan masyarakat minorias diabaikan atau kalau ada sisa barulah diingat dan cara ini sedang melukai hati masyarakat Katolik Indonesia.
Hal ini terbukti dari beberapa hal:
1. Test PNS-ASN Guru mata pelayajaran Agama Katolik Masyarakat Katolik selalu mendapat jatah paling banyak 1-5 orang seakan-akan di Negara Indonesia tercinta ini tidak lagi Masyarakat Katolik.
2. Test TNI-POLRI pada tingkat Akademi juga mengalami hal yang sama.
3. Dunia usaha-Bisnis kelompok Agama Mayoritas didukung sepenuhnya oleh anggaran Negara sedangkan Masyarajat Katolik dibiarkan jadi miskin.
4. Bangun Rumah Ibadah Agama Mayoritas mendapat dukung anggaran Negara sedangkan Masyarakat Katolik sulit mendapat anggaran dari Negara.
Sekali lagi lewat tulisan ini saya berharap Presiden Republik Indonesia dan Menteri Agama bisa menjawab kerinduan saya atas nama Masyarakat Katolik Indonesia untuk segera menunjuk dan melantik seorang Dirjen Bimas Katolik yang definitif, demikian tulisan dan salam Pastor Izaak Bame. [Ren/hotbert purba]