Ia sendiri lupa sejak usia berapa putranya mengkonsumsi SKM.
Namun ia memastikan bahwa anaknya tidak mendapat ASI ekslusif lantaran ASI nya sedikit.
Baca Juga:
Bea Cukai Malang Gagalkan Pengiriman Rokok Ilegal Senilai Rp2,12 Miliar
Sehingga sebelum berusia enam bulan, si bayi sudah mengkonsumsi bubur nasi.
Pemilihan SKM sebagai susu yang diberikan kepada anak semata-mata karena mudah diperoleh di warung sekitar tempat tinggal dan tersedia dalam kemasan sachet dan dapat dibeli harian.
Ia sendiri tidak tahu bahwa SKM tinggi kandungan gula serta tidak paham mengkonsumsi gula berlebih tidak baik bagi tumbuh kembang anak.
Baca Juga:
Membongkar Penyebab Lambatnya Penurunan Stunting di Indonesia
Lain lagi cerita dari wilayah Rumbai, Kota Pekanbaru, Riau. Berdasarkan laporan kader kesehatan yang melakukan penyuluhan gizi di kawasan perkebunan tersebut, keluarga - keluarga yang mengkonsumsi kental manis sebagai minuman berawal dari bantuan-bantuan sosial yang diterima masyarakat.
“Kami di sini sering dapat bantuan sembako, banyak yang terima program bantuan dari pemeirntah. Dapat susu kaleng (susu kental manis) dari situ. Jadi kalau dapat susu, anak minta minum susu kental manis. Kalau tidak ada, ya tak minum susu. Anak-anak makan apa yang di rumah. Jarang juga beli susu karena harganya mahal,” ujar Imah, ibu dengan dua balita usia 4 dan 2 tahun.
Dijelaskan Imah, selama ini ia tidak paham bahwa tidak semua jenis susu dapat dikonsumsi oleh anak, terutama balita.