Salah satunya terlihat melalui laporan Badan Pusat Statistik Jawa Timur (BPS Jatim) mengenai Pengeluaran untuk Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Timur 2021, menyebutkan penduduk Jawa Timur lebih banyak mengonsumsi susu kental manis dibandingkan jenis susu bubuk.
Dalam satu bulan, setiap penduduk Jawa Timur mengonsumsi susu kental manis sebesar 0,17 kg, di perkotaan sebesar 0,18 kg lebih banyak dibanding di pedesaan sebesar 0,16 kg.
Baca Juga:
Bea Cukai Malang Gagalkan Pengiriman Rokok Ilegal Senilai Rp2,12 Miliar
“Konsumsi susu pada tahun 2021 tidak mengalami peningkatan, justru pada komoditi susu bubuk turun tidak terlalu signifikan dan terjadi di pedesaan,” jelas Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Timur (BPS Jatim), Dadang Hardiwan seperti dilansir dari laman resmi BPS.
Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Dra. Chairunnisa, M. Kes, mengatakan kebiasaan menjadikan SKM (red-Susu Kental Manis) sebagai susu anak disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat dan ekonomi.
“Dari kunjungan-kunjungan kami ke berbagai daerah, kami mewawancarai orang tua anak dan balita yang mengkonsumsi SKM, memang karena mereka tidak tahu bagaimana seharusnya produk ini digunakan.
Baca Juga:
Membongkar Penyebab Lambatnya Penurunan Stunting di Indonesia
Dan yang kedua adalah karena harganya lebih ekonomis, lebih terjangkau bagi keluarga-keluarga dengan penghasilan harian,” jelas Choirunnisa.
Pada kunjungan keluarga di beberapa wilayah di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang dilakukan medio tahun ini, PP Aisyiyah merangkum sejumlah temuan-temuan di masyarakat.
Seorang ibu dengan balita berusia hampir tiga tahun yang ditemui di Pangkalan Brandan mengaku memberikan putranya susu kental manis karena lebih kurus dari anak lainnya.