Peringatan Hari Disabilitas Internasional dan Hari Noken Sedunia mengajarkan kita untuk membangun masyarakat yang tidak hanya inklusif dalam hal fisik, tetapi juga dalam menghargai keberagaman budaya.
Inklusivitas yang dimaksud tidak hanya terbatas pada penyandang disabilitas, tetapi juga mencakup penghargaan terhadap warisan budaya lokal, seperti Noken. Hal ini penting agar setiap individu—baik penyandang disabilitas maupun mereka yang menjaga dan merawat budaya—mendapatkan ruang untuk berkembang secara bebas dan setara.
Baca Juga:
Kemenkes Perkuat Peran Jamu dalam Layanan Kesehatan Formal
Peringatan ini harus menjadi momentum bagi kita semua untuk mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan yang universal—kesetaraan, penghargaan terhadap perbedaan, dan keberagaman.
Dengan meningkatkan kesadaran akan hak-hak penyandang disabilitas dan pentingnya pelestarian budaya seperti Noken, kita dapat menciptakan dunia yang lebih harmonis dan saling mendukung.
Peringatan Hari Disabilitas Internasional dan Hari Noken Sedunia tidak hanya bertujuan untuk memperingati, tetapi juga untuk menginspirasi aksi nyata.
Baca Juga:
Status Kaldera Jangan Sampai Dicabut dari Kawasan Otorita Danau Toba, MARTABAT Prabowo-Gibran Desak Pemerintah Pusat dan Pemprov Sumut Segera Penuhi Peringatan Keras UNESCO
Melalui peringatan ini, kita diingatkan untuk terus memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas, serta menjaga dan merayakan budaya lokal yang telah menjadi identitas kita. Sebagai masyarakat Papua Barat Daya, kita harus bersama-sama menciptakan ruang yang lebih inklusif, berbudaya, dan adil untuk semua.
Dengan memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas dan melestarikan Noken, kita tidak hanya menghargai perbedaan, tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Demikian Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Papua Barat Daya, Dr. Sellvyana Sangkek, SE. M.Si, penyampaian materi pada Peringatan Hari Disabilitas Internasional dan Hari Noken Sedunia.