PAPUA-BARAT.WAHANANEWS.CO, Raja Ampat - Kampung Arborek merupakan kampung wisata pesisir di Distrik Meos Mansar, Kabupaten Raja Ampat, yang telah dikenal luas sebagai kampung pelopor konservasi berbasis masyarakat.
Di tengah kemajuan ekowisata, Arborek menghadapi tantangan ekologis berupa abrasi pantai, perubahan arus laut, serta berkurangnya vegetasi alami di beberapa sisi pulau.
Baca Juga:
Usia ke 22 Tahun Nirwana Raja Ampat, Pertarungan Wisata dan Eksploitasi Nikel
Sebagai pulau kecil berpasir dengan tekanan gelombang tinggi, Arborek membutuhkan sabuk hijau yang mampu menjaga kestabilan pesisir.
Mangrove berperan vital sebagai penahan abrasi, penjerat sedimen, habitat biota laut muda (nursery ground), dan penyerap karbon biru (blue carbon).
Institut USBA, sebagai lembaga pengetahuan dan katalis konservasi Adat-Ekologis di Raja Ampat, bersama Pemerintah Kampung Arborek, BLUD UPTD Raja Ampat, dan kelompok pemuda konservasi, berinisiatif melaksanakan Program Penanaman Mangrove Arborek.
Baca Juga:
Soroti Tambang di Raja Ampat, Wisatawan Internasional: We Dont Want This Mine, The Ecosystem is So Beautiful There
Penanaman Mangrove tersebut juga melibatkan seluruh Pelajar Sekolah Dasar Inpres 04 Arborek.
"Program ini diharapkan menjadi model konservasi pesisir partisipatif yang menggabungkan nilai ekologis, sosial, dan edukatif dalam satu kesatuan kegiatan", ungkap Direktur Institut USBA, Charles Imbir dalam sambutannya, Sabtu 22 November 2025 di Ruang Rapat SD Inpres 04 Arborek
Charles Mengatakan, Mangrove memberikan manfaat ekologis seperti melindungi pantai dari abrasi, menjaga keanekaragaman hayati, dan menyaring air, serta manfaat ekonomi seperti produk olahan makanan dan kayu, dan potensi ekowisata.
Mangrove juga berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim dengan menyerap karbon dalam jumlah besar.
"Hutan mangrove menyimpan karbon hingga lima kali lebih banyak daripada hutan darat, sehingga Manggrove penting untuk melawan perubahan iklim global", ucap Charles Imbir.
Charles menyebut, aksi penanaman Mangrove yang melibatkan pelajar ini menjadi salah satu bentuk nyata kepedulian generasi muda terhadap pelestarian ekosistem pesisi, penanaman ini dilakukan di wilayah beberapa titik pantai yang mengalami abrasi untuk membantu menjaga kestabilan garis pantai. Sehingga, pelajar dilibatkan secara langsung mulai penentuan lokasi hingga penanaman.
Kesempatan yang sama, Koordinator Bidang Ekologi Laut Institut USBA, Rudi Dimara juga menambahkan penanaman Manggorve bukan hanya untuk menjaga keanekaragaman hayati tetapi juga tempat berlindung, mencari makan, dan berkembang biak bagi berbagai biota laut seperti ikan, udang, dan kepiting, serta burung air.
Akar mangrove menyaring polutan dan sedimen dari air, sehingga menjaga keseimbangan kualitas air di wilayah pesisir.
"Manggrove punya banyak manfaat, seperti limbah mangrove bisa dimanfaatkan sebagai pewarna alami untuk batik, tempat budidaya atau sumber bibit ikan, udang, kepiting, dan kerang", demikian Rudi Dimara.
[Redaktur: Hotbert Purba]