Tantangan GPI Papua memang sangat berat, tentu saja membutuhkan keterlibatan seluruh anggota jemaat sebagai tubuh Kristus" Pdt. Rien Romkeny dalam Khotbahnya.
Sambutan Ketua Sinode GPI Papua yang dibacakan oleh Ketua Klasis Fakfak Pdt. johan Beay, S.Th. (Foto: Frances / WNC Fakfak).
Baca Juga:
Jemaat GPI Papua Diaspora Fakfak Gelar Syukur HUT Ke-16, Pdt Hein Termas: “Tantangan bukan Halangan, Pelayanan harus Lebih Maju”
Ketua Sinode GPI Papua dalam sambutan yang dibacakan Ketua Klasis GPI Papua Fakfak Pdt. Johan Beay, S.Th. "dalam rangka mensyukuri HUT GPI Papua ke-37, sebagai gereja yang misioner, GPI Papua sedang hidup dan bergumul, terbuka bahkan kritis dalam menghadapi perubahan zaman.
Itu artinya, gereja tidak serta merta larut hanyut ikut dalam perubahan zaman sehingga menyebabkan gereja justru terombang-ambing dalam samudra luas tanpa tujuan.
Tetapi Gereja harus kokoh, gereja harus hadir menjadi diri sendiri, hadir bersama orang lain. Berpartisipasi aktif mewujudkan secara konkrit cinta kasih Allah, seperti yang tertuang dalam Motto GPI Papua memberitakan Kristus yang tersalib.
Baca Juga:
Peletakan Batu Pertama Pembangunan Kantor Klasis GPI Papua Hiren Kokah, Yohana Hindom: "Membangun Anak-Anak Tuhan Di Atas Negeri"
Dalam bagian lain, Ketua sinode GPI Papua dalam sambutannya mengatakan “GPI Papua pun terpanggil untuk menyatakan: panggilannya yaitu bersaksi dan memberitakan injil damai sejahtera adalah tugas gereja sebagai bagian dari gereja yang kudus, am dan rasuli di tengah dan di dalam konteks masyarakat pluralstik (majemuk)”.
W. Sony Hegemur, anggota DPRD Fakfak menyampaikan sambutannya mewakili pemerintah.
Wilson Sony Hegemur mewakili pemerintah sekaligus menggunting pita tanda digunakannya gedung pastori, dalam sambutannya mengatakan "kita semua yang hadir di sini adalah berasal dari berbagai suku ras dan agama, tapi dalam kepelbedaan kita, kita harus selalu ada dalam ikatan sebuah kebersamaan yang terbangun dalam falsafah orang Fakfak Satu Tungku Tiga Batu"