Papua-Barat.WahanaNews.co, Fakfak – Menyambut Hari Bumi Sedunia yang diperingati tiap 22 April, Konservasi Indonesia (KI) bersama Gerakan Kitong Generasi Konservasi (Gen-K), Pemerintah Kabupaten Fakfak, Masyarakat Fakfak dan beberapa komunitas yang ada di Fakfak seperti Fakfak Mengajar (FM), Sobat Hijau Papua, Palapa Adventure, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Saka Wanabakti, Mulai Beda, Fakfak Molo, Jelajah Fakfak, Jejak Hijau, Kitong Bisa Learning Center (KBLC), serta perwakilan pelajar dari beberapa Tingkat SMP dan SMA, menggelar aksi clean-up sepanjang jalan Salasa Namudat, Taman Satu Tungku Tiga Batu, Jumat (20/4/2024).
Kegiatan ini diselingi dengan berbagai event seperti Pendidikan Lingkungan Hidup (belajar sembari bermain berbalut edukasi mengenai sampah plastik) dengan materi Kemana Sampah Pergi dan Lomba daur ulang sampah Tingkat SMA.
Baca Juga:
Cyrillus Adopak Mendaftar sebagai Calon DPRP Papua Barat Melalui Mekanisme Pengangkatan
Kegiatan yang mengikuti tema global dari EarthDay.org yakni Planet Vs Plastics ini juga dibuat dalam rangka perayaan Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April tiap tahunnya. Karena itu, tema yang diusung adalah ‘Rayakan Hari Bumi, Lestarikan Ibu Pertiwi’.
Papua Program Director Konservasi Indonesia, Robeth Mandosir, mengatakan Provinsi Papua Barat yang telah dideklarasikan sebagai Provinsi Konservasi dengan diterbitkannya PERDASUS No. 10 Tahun 2019 tentang Pembangunan Berkelanjutan di Provinsi Papua Barat, Fakfak – sebagai salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Papua Barat – membuktikan sebagai bagian dari Provinsi Konservasi yang menjalankan amanat PERDASUS.
Konservasi Indonesia (KI) bersama Gerakan Kitong Generasi Konservasi (Gen-K). (Foto: Dok. KI)
Baca Juga:
Protes Terkait CPNS dan Kuota OAP, Ini Penjelasan Sekda Fakfak
“Konservasi Indonesia mendukung semua kebijakan yang diusung pemerintah. Salah satunya adalah upaya menjalankan amanat PERDASUS Pembangunan Berkelanjutan pasal 59 ayat (2) huruf f, yaitu membatasi/meniadakan penggunaan material berbahan plastik. Plastik sudah menjadi isu global dan bukan lagi sebagai perkara mudah bagi kesehatan bumi dan juga manusia. Hal itu dikarenakan sampah plastik yang tidak terkelola nantinya akan menjadi mikroplastik dan menjadi ancaman yang sangat berbahaya bagi kehidupan di bumi,” kata Robeth.
Dia menambahkan, beberapa peneliti dunia pun telah menilai pencemaran mikroplastik di lingkungan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Karena, pencemaran mikroplastik mulai terjadi pada daratan, perairan dan udara.
”Tidak sampai di situ, masalah ini pun diperburuk dengan ditemukannya mikroplastik masuk ke dalam rantai makanan, bahkan mikroplastik telah ditemukan dalam tubuh manusia seperti di feses, plasenta ibu hamil, darah dan paru-paru. Melihat dampak buruk plastik pada kehidupan di bumi ini, maka mari kita mulai mengubah gaya hidup dengan mengurangi penggunaan plastik demi kehidupan lebih baik dan bumi yang lebih sehat untuk diwariskan ke anak cucu kita,” ujar Robeth.