Papua-Barat.WahanaNews.co, Sorong - Kemarin, Minggu 24 Maret 2024, umat Katolik seluruh dunia mengawali Pekan Suci atau Minggu Sengsara dibuka dengan Perayaan Minggu Palm atau Minggu Daun.
Tak ketinggalan, ribuan umat Katolik Paroki Santo Yohanes Pembaptis Klasaman mengawali perayaan Minggu Palm di halaman Pastoran Gereja dipimpin Pastor Paroki RD Izaak Bame.
Baca Juga:
Gubernur Kalteng Ajak Pengurus Pemuda Katolik Berkarya dan Bangun Masyarakat Makmur
Perayaan Minggu Palma terdiri dari dua suasana berbeda. Pertama upacara pemberkatan daun palma dilakukan di luar gedung gereja dengan suasana meriah, terlebih ketika memasuki gedung gereja.
Umat melambai-lambaikan daun palma sambil menyanyikan pujian-pujian dengan lagu yang meriah.
Kemudian suasana meriah tersebut berganti menjadi suasana menyedihkan ketika memasuki gedung gereja. Mengapa? Karena dalam Liturgi Sabda dibacakan kisah penderitaan Yesus.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Kabulkan Permintaan Mgr. Paskalis Bruno Syukur Tidak Diangkat jadi Kardinal
Perbedaan suasana ini mengingatkan umat Katolik bahwa di dalam kemeriahan sorak-sorai penyambutan Yesus sebagai
Raja, ada derita dalam diri Yesus yang harus Ia tanggung. Pembaca Kisah Sengsara Tuhan didaraskan Paul Kore, M. Purba dan Fransiskus Siga.
Pemberkatan daun palma dilakukan di luar gedung gereja dipimpin Pastor Paroki RD Izaak Bame. (Foto: WahanaNews/Laurentius)
Sebelum memberkati daun-daun palm, RD Izaak Bame mengingatkan umat untuk merenungkan penderitaan Yesus. Bahkan Izaak Bame menyampaikan peristiwa-peristiwa yang menimpa umat Papua di akhir-akhir ini.
Peristiwa penyiksaan terhadap Orang Asli Papua (OAP) membuka mata hati dunia. “Baru pertama kali Uskup Agung Jakarta membuka mulut, berbicara tentang penderitaan rakyat Papua,” ucap RD Izaak Bame.
RD Izaak Bame mengajak seluruh umat Katolik untuk menjaga perdamaian, persatuan dan kesatuan walaupun saudaranya OAP disiksa di wilayah Puncak Provinsi Papua Tengah dengan tidak wajar.
"Semoga Sabda Tuhan yang kita renungkan melalui bacaan Injil hari ini (Mat. 11:1-10) mengisahkan Yesus yang diarak sebagai raja namun bukan Raja yang mengumbar kuasa tetapi Raja Damai yang melayani dengan rendah hati membawa perubahan dan kedamaian di Tanah Papua," ujarnya.
Ia juga menerangkan, ada dua simbol yang dipakai dalam peristiwa ini yakni daum palm dan keledai. Daun Palma merupakan simbol kemenangan, kehidupan, kejayaan dan kegembiraan. Daun Palm kemudian dipasang di salib sebagai tanda kemenangan Kristus Raja yang jaya dengan pengorbanan Salib-Nya.
Usai membagi-bagi daun Palm, ribuan umat Katolik berarak-arak memasuki Gereja untuk melanjutkan perayaan Sabda dan Ekaristi.
Sebagian besar umat menempati tempat-tempat duduk di luar karena gedung Gereja tidak mampu lagi menampung ribuan umat Katolik yang merayakan Misa Kudus Minggu Palm.
[Redaktur: Hotbert Purba]