Ulos, bukan sekedar kain, sehelai Ulos mengandung makna yang mendalam. Ada filosofi dalam setiap ulos khas Batak.
Mungkin masyarakat dari luar suku Batak mengenal Ulos dari kawasan Toba hanya ada satu jenis Ulos, namun sebenarnya Ulos terdiri dari berbagai jenis.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Umumkan Daftar Kardinal 2024, Ada dari Indonesia
Data pelbagai sumber, Ulos secara resmi telah ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai salah satu warisan budaya tak benda Indonesia pada 17 Oktober 2014 sekaligus menetapkan tanggal 17 Oktober sebagai Hari Ulos Nasional.
Ulos yang dikenakan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo tidak sembarangan dipakai, hal ini karena beda jenisnya maka beda pula maknanya.
Uskup Keuskupan Manokwari Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega mengenakan ulos kepada Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo di dalam Bandara Deo Kota Sorong. (Foto: ren/WahanaNews)
Baca Juga:
Paus Fransiskus Angkat Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM menjadi Kardinal Baru untuk Indonesia
Selain Ulos, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo mengenakan Noken dan topi atau penutup kepala sebagai tanda kehormatan masyarakat Papua kepada para tamu yang datang di Tanah Papua.
Juga ada pengalungan "Kalung Buah Pala" asal Fakfak. Pala merupakan komoditi perkebunan di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Untuk diketahui, Noken atau minya adalah tas tradisional masyarakat Papua Pegunungan yang dibawa menggunakan kepala dan terbuat dari serta kulit kayu, sama dengan tas pada umumnya tas ini digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari.