Kota Sorong, WahanaNews-Papua Barat | Umat Katolik Kota Sorong khususnya dari Tanah Batak, bergembira dan bersyukur kepada Tuhan karena menyaksikan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo mengenakan Ulos Batak saat tiba di Bandara Domine Edward Osok (DEO) Kota Sorong, Provinsi Papua Barat, Rabu (28/6/23).
Ulos kebanggan orang Batak dipegang Uskup Keuskupan Manokwari Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega lalu mengenakannya kepada Mgr. Piero Pioppo.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Umumkan Daftar Kardinal 2024, Ada dari Indonesia
Dengan haru sebagian warga Batak yang menyaksikannya, merasa terharu dan bersyukur kepada Tuhan karena Ulos Batak yang sudah disiapkannya untuk tamu istimewa Duta Besar Vatikan diterima dan dikenakan Mgr. Piero Pioppo.
“Itu Ulos Batak, Itu Ulos Batak, Puji Tuhan,” ucap Keluarga Batak Katolik yang menjemput Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo.
Ulos adalah salah satu jenis kain khas masyarakat Batak, Sumatera Utara. Dari bahasa asalnya “Ulos” berarti Kain.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Angkat Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM menjadi Kardinal Baru untuk Indonesia
Cara membuat ulos serupa cara membuat kain Tanimbar, Kei, Flores khas Indonesia Timur yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin.
Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo mengenakan Ulos Batak dan Kalung Buah Pala asal Fakfak, saat tiba di Bandara Domine Edward Osok (DEO) Kota Sorong, Provinsi Papua Barat. (Foto: Ren/WahanaNews)
"Kain ulos adalah kain tenun tangan khas suku Batak. Kain ini kerap dijadikan oleh-oleh khas Sumatera Utara,” ucap sejumlah Ibu-Ibu Paroki Santo Yohanes Pembaptis Klasaman yang turut menyambut kedatangan Duta Besar Vatikan di Bandara DEO.
Ulos, bukan sekedar kain, sehelai Ulos mengandung makna yang mendalam. Ada filosofi dalam setiap ulos khas Batak.
Mungkin masyarakat dari luar suku Batak mengenal Ulos dari kawasan Toba hanya ada satu jenis Ulos, namun sebenarnya Ulos terdiri dari berbagai jenis.
Data pelbagai sumber, Ulos secara resmi telah ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai salah satu warisan budaya tak benda Indonesia pada 17 Oktober 2014 sekaligus menetapkan tanggal 17 Oktober sebagai Hari Ulos Nasional.
Ulos yang dikenakan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo tidak sembarangan dipakai, hal ini karena beda jenisnya maka beda pula maknanya.
Uskup Keuskupan Manokwari Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega mengenakan ulos kepada Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo di dalam Bandara Deo Kota Sorong. (Foto: ren/WahanaNews)
Selain Ulos, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo mengenakan Noken dan topi atau penutup kepala sebagai tanda kehormatan masyarakat Papua kepada para tamu yang datang di Tanah Papua.
Juga ada pengalungan "Kalung Buah Pala" asal Fakfak. Pala merupakan komoditi perkebunan di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Untuk diketahui, Noken atau minya adalah tas tradisional masyarakat Papua Pegunungan yang dibawa menggunakan kepala dan terbuat dari serta kulit kayu, sama dengan tas pada umumnya tas ini digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Noken merupakan ikon kearifan lokal Papua. Kerajinan tas tradisional ini juga telah ditetapkan oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya nonbenda pada 4 Desember 2012.
Perpaduan Ulos Batak dan Noken Papua serta Topi penutup Kepala sebagai tanda keagungan, kebesaran dan kehormatan kepada para tamu, sungguh sangat menyenangkan hati umat Katolik yang ikut menyaksikan kedatangan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia di Kota Sorong. “Selamat Datang Duta Vatikan untuk Indonesia beserta Rombongan di Kota Sorong”. [ren/hotbert purba]