“Pers Nasional harus bisa menjalankan fungsinya sebagai salah satu penyalur informasi yang benar ke publik, sebagai agen anti hoax. Sehingga publik mendapatkan informasi yang mencerahkan,” ungkapnya.
Pada sesi kedua webinar, isu bisnis pers, khususnya media cetak, banyak disoroti narasumber. Ini berkorelasi dengan situasi bisnis pers yang tengah berada dalam tekanan luar biasa akibat disrupsi digitalisasi dan efek gelombang pandemi COVID-19.
Baca Juga:
MPR RI Bakal Kaji Ulang Pasal TAP MPR Terkait Soeharto dan Gus Dur
“Pasar media cetak ke depan akan semakin sulit. Apalagi reputasinya juga semakin tergerus oleh media-media lain sesuai hasil riset yang dipaparkan Dewan Pers,” ulas Dahlan yang juga pendiri Disway.
Ia pun mewanti-wanti, “Suratkabar masih bisa bertahan apabila mampu mengembalikan reputasinya di mata publik.”
Ikhwal reputasi yang disinggung mantan Menteri BUMN tersebut merujuk dari hasil riset Dewan Pers yang disampaikan Wakil Ketua Dewan Pers Hendry Ch Bangun. Dalam temuan riset yang bertajuk “Kepercayaan Publik terhadap Media Pers Arus Utama di Masa Pandemi COVID-19 Tahun 2021”, secara umum responden masih percaya dengan media arus utama, tak terkecuali surat kabar.
Baca Juga:
Bamsoet: Kabinet Zaken Jadi Solusi Hadapi Krisis Ekonomi Global
“Mereka percaya kepada media arus utama karena faktor penyajian data dan fakta di media tersebut. Sedangkan kepercayaan terhadap media sosial karena dapat menjadi penyeimbang informasi dari instansi tertentu dan originalitas (kontennya),” urai Hendry.
Di mata Januar, upaya-upaya pers untuk meningkatkan kualitas jurnalismenya harus dimaknai sebagai strategi dalam memperkuat model bisnis pers di tengah era digitalisasi. Sekaligus mendukung keberlanjutan pers di masa datang.
Dalam acara yang sama juga dilakukan peluncuran buku “Jalan Panjang Merawat Jurnalisme yang Sehat dan Mandiri”. Buku ini mengulas tentang pandangan dan perspektif para tokoh pers nasional mengenai lika-liku, jatuh bangun, dan suka duka merawat jurnalisme yang berkualitas.