Politisi senior partai Demokrat Tommy Rusihan Arief. (Foto: Istimewa)
"Saya dan teman-teman kader lainnya yang merasakan perjuangan di akar rumput, merasa sangat prihatin. Kondisi ini makin menyebabkan rapuhnya lini pertahanan. Tidak kreatifnya lini tengah dan lemahnya penyelesaian akhir. Akibatnya, semua orang bisa melihat, bagaimana dengan mudahnya Demokrat kebobolan di menit-menit akhir. Semua terkejut. Tapi sudah terlambat. Peluit waktu sudah dibunyikan. Akhirnya, pil pahit yang bukan obat pun harus tertelan," urainya.
Baca Juga:
BREAKING NEWS: Donald Trump Menangkan Pilpres AS 2024
Mantan Direktur Media Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ini bertanya, kemana hilangnya rasa kesetiakawanan SBY yang dulu membuat Demokrat begitu perkasa..?
"Lalu pertanyaan yang muncul di lubuk hati saya, kemana perginya kecerdasan, ketegasan dan kesantunan SBY..?
Kemana hilangnya rasa kesetiakawanan SBY yang dulu membuat PD begitu perkasa?," ujar Tommy.
Kemana pula, perginya semua kehebatan SBY itu hari ini? Sehingga masyarakat bisa melihat, betapa mudahnya partai sekelas Demokrat dipermainkan di simpang jalan.
Baca Juga:
JOGI-MA Terima Surat Dukungan Ikatan Pemuda Karya di Pilkada Dairi 2024
"Kental terasa, sangat gampang meninggalkan seribu kawan dalam hitungan jam. Tapi begitu sulitnya mencari satu loyalis dalam hitungan minggu. Dalam politik, satu musuh adalah terlalu banyak dan terlalu sedikit punya seribu kawan," ungkapnya.
Masih menurut Tommy, semua orang tahu, politik adalah seni memperbanyak kawan. Bukan seni meninggalkan kawan seiring seperjuangan. Dari perspektif apapun, sangat sulit untuk mencari kawan sehati sepenanggungan, dengan perilaku elitis. Selalu merasa lebih tinggi dari orang lain di tangga menurun.
"Akibatnya mudah ditebak. Terjadi disharmoni pergerakan arus di internal partai. Terjadi gejolak di arus bawah. Arus atas dan arus bawah menjadi seperti bersimpang jalan," ujarnya.