Wahananews-Papua Barat | Kampung Klabili Distrik Selemkai, Kabupaten Tambrauw merupakan kampung yang berbatasan langsung dengan kabupaten Sorong.
Untuk mencapai kampung ini, dapat ditempuh dengan kendaaraan roda dua maupun empat dengan waktu tempuh dua jam perjalanan dari kabupaten Sorong.
Baca Juga:
Penjabat Bupati Tambrauw Lepas Kontingen Pesparawi
Kondisi jalan cukup baik, walaupun demikian di beberapa tempat masih banyak jalan yang mengalami kerusakan atau belum ditutupi aspal, karena masih dalam proses pemadatan.
Kampung Klabili mayoritas di huni oleh warga asli yang berasal dari Suku Moi, pola penghidupan masyarakat umumnya masih tradisional yang mengandalkan pertanian subsistem, meramu hasil hutan dan berburu.
Sejalan waktu, pembangunan telah membuat banyak perubahan mulai dari terbukanya ruang yang selama ini terisolasi hingga mudahnya mendapat dan menyampaikan data dan informasik dari satu tempat ke tempat lain.
Baca Juga:
Temui Forkopimda dan Prajurit Kodim 1810/Tambrauw, Pangdam Kasuari: Tanamkan NKRI Harga Mati
Pembangunan juga telah membuat aktivitas ekonomi mulai berjalan. Pembangunan telah mengubah pola hidup penduduk asli di Papua, tidak terkecuali penduduk klabili.
Namun tidak sedikit orang Papua melihat pembangunan sebagai ancaman bagi esktistensi keberadaannya secara adat dan budaya.
Mulai dari bentuk asimilasi hingga kehilangan akar budaya adalah sesuatu yang dirisaukan.
Bagi orang Klabili pembangunan tidak dapat ditolak, tapi menjaga adat istiadat adalah keharusaan termasuk memastikan sumber daya alamnya aman dari kerusakan dan pencurian.
Oleh karena itu, sejak beberapa tahun belakangan, penduduk Klabili yang dimotori oleh pemuda-pemudi Klabili terus memperkuat diri mulai dari pemetaan wilayah adat hingga pengembangan ekonomi berbasis kearifan lokal.
Beberapa yang sedang digarap oleh pemuda Klabili adalah mengembangkan dan mengelola wisata pemantauan burung.
Saat ini kampung Klabili telah memiliki jembatan pemantauan burung sepanjang 300 meter yang baru dibangun oleh dukungan pemerintah dan selesai pada tahun 2022.
Di lokasi ini pengunjung dapat melihat berbagai jenis burung, mulai dari jenis King Fisher hingga burung Cenderawasih.
Selain mengelola objek wisata pemantauan burung, pemuda kampung Klabili juga mengembangkan rumah budaya atau dikenal dengan sanggar Salses.
Di sini para perempuan dan laki-laki Klabili mengembangkan berbagai kerajinan tangan sebagai wisata lainnya, beberapa yang telah disiapkan adalah koba-koba yang merupakan payung tradisionl berbahan daun pandan, noken dan manik-manik dan lain sebagainya.
Atraksi budaya yang sedang dikembangkan oleh penduduk Klabili adalah wisata kuliner tradisional.
Walau belum menjadi bagian yang dapat ditawarkan saat ini, namun pengembangan konsep wisata ini menjadi prioritas mereka di kemudian hari melengkapi wisata pemantauan burung dan wisata kerajinan tangan.
Pemuda Klabili menyadari masih banyak yang harus diperbaiki dan disempurnakan agar konsep wisata ini dapat berjalan dengan lancar, memuaskan tamu dan dapat berperan ganda sebagai media pengawetan nilai adat isitadat dan kebudayaan yang ada di kampung Klabili, untuk itu dukungan dari parapihak, terutama pemerintah dan masyarakat banyak masih sangat dibutuhkan. [hot]