Wahananews-Papua Barat | Kekuatan falsafah kekeluargaan di Fakfak menepis intoleransi. Falsafah kekeluargaan yaitu Satu Tungku Tiga Batu, tumbuh subur dan mampu menepis intoleransi.
Hal Itu terbukti, dikala kehadiran seorang Penginjil/Pekabar Agama Kristen yang masuk di Kampung Muslim, lalu diantar seorang tokoh Agama Muslim Ke Kampung yang belum mengenal Agama Samawi dan di sana Agama Kristen bertumbuh dan berkembang hingga hari Ini.
Baca Juga:
Pdt Maurits Rohrohmana: GPI Papua sebagai Gereja Tetap Mendoakan Negara dan Bangsa
Alkisah; 10 Oktober 1930 (red-92 tahun) silam, datang seorang pekabar agama Kristen di Jasirah Kapaur, Fakfak.
Pekabar ini dikirim oleh sebuah Lembaga Kristen Zaman Belanda yaitu Indishe Kerk, ke Tanah Papua – Fokus ke Fakfak, yang sekarang ada dalam wilayah pemerintahan Provinsi Papua Barat. Nama Pekabar tersebut, Penginjil J. Tanamal, asal Maluku.
Para Kolektan terdiri dari Muslim, Protestan dan Katolik. (Foto: ist)
Baca Juga:
Hut Ke-17 Persekutuan Lanjut Usia GPI Papua, Pdt Morets Rohrohmana: "Opa Oma Harus Yakin, Tuhan Selalu Menyertai Kita"
Alkisah; Penginjil Tanamal mendarat di sebuah Kampung bernama Kampung Tanama, dimana warganya telah memeluk agama Muslim.
Oleh tokoh Muslim di Kampung Tanama bernama Hirienen Pruniha, mengantar Penginjil J. Tanamal ke Kapartutin yang oleh karena di Kampung Kapartutin, belum memeluk satu aliran agama-pun.
Mengapa? Hirienen P. Weripih memilih membawa penginjil J. Tanamal ke Kapung Kapartutin, karena warga di kampung Kapartutin sebagian besar masih ada hubungan keluarga kemanakan dengan Hirienen P. Weripih.