Selain itu, Rudi juga menjelaskan, spesies Hiu Paus yang saat ini terkenal di Teluk Kaimana juga berimigras ke Philippin melalui kawasan tersebut. Sehingga, Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Raja Ampat bagian barat merupakan ancaman serius terhadap semua spesies laut, bukan hanya terhadap Ikan, tapi juga terhadap Karang.
"Tambang dibuka, lingkungan akan tercemar dan air laut juga sudah pasti terkontaminasi dengan limbah tambang. Dan ini ancaman serius terhadap semua jenis biota laut " urainya.
Baca Juga:
Susi Pujiastuti Desak Presiden Prabowo Turun Tangan dan Hentikan Eksploitasi Alam Raja Ampat
Lebih lanjut dijelaskan, ancaman utama Mamalia laut bukan hanya soal pencemaran lingkungan, melainkan bunyi bising dari mesin kapal tukboat.
Memiliki keahlian sebagai Spesialis Monitoring Ikan dan Karang semasa bekerja di Conservation International, Rudi juga menjelaskan, jumlah spesies ikan dan jumlah karang di Raja Ampat tidak ditemui dibelahan dunia manapun.
Salah satu faktor pendukung utama yang menjadikan Raja Ampat unggul dan dinobatkan sebagai Segita Karang Dunia karena, semua jenis karang di Raja Ampat dikenal sehat dan tahan terhadap perubahan suhu apapun.
Baca Juga:
Tambang Nikel Pulau Gag Kembali Beroperasi: Antara Janji Ekonomi dan Kekhawatiran Lingkungan di Raja Ampat
Hal ini dijelaskan Rudi, karang dan Ikan di perairan Raja Ampat mendapatkan suplai nutrisi dari Pacific yang dikirim melalui arus dari Kepulauan Mapia.
"Kenapa Raja Ampat memiliki populasi Ikan yang lebih tinggi dan jumlah karang yang banyak.? Semua karena nutrisi dari Pacific. Dikirim dari mana.? Ada dua arus. Arus pertama datang dari Mapia hingga Biak lalu dikirim ke Raja Ampat. Yang kedua, arus balik dari Karangele, Palao dan Philippin. Nutrisi ini dikirim melalui Pulau-pulau Kawei dan Wayag, serta Pulau Manyaifun dan Pulau Gag sampi ke perairan Pacific," jelas Rudi Dimara.
Hal tersebut Sambung Rudi, menjadikan Raja Ampat terkenal dan dinobatkan sebagai Segita Karang Dunia, yang selanjutnya menjadi tujuan wisata bawah laut terbaik dunia.