Setahu penulis, Festival Raja Ampat dan festival-festival lain belum pernah dilakukan evaluasi oleh pemerintahan kabupaten Raja Ampat setelah selesai kegiatan dilaksanakan, dan mungkin hal ini terjadi hampir selama kabupaten Raja Ampat melaksanakan festival.
Oleh sebab itu, ini kesempatan emas untuk ORMAS dapat memulai sesuatu yang baru dalam masa kepemimpinannya dengan melakukan evaluasi dan kajian sebagaimana visi ORMAS, bangkit dan produktif menuju masyarakat sejahtera.
Baca Juga:
Surat Terbuka DPP ASITA Tentang Ancaman Aktivitas Tambang Nikel di Kawasan Wisata Raja Ampat
Jika festival sepi pengunjung dari luar Waisai dan kemasan acaranya yang biasa-biasa saja, bagaimana festival pesona Raja Ampat bisa bangkit dan produktif. Sebuah tantangan untuk pemerintahan ORMAS.
Banyak aspek yang harus menjadi perhatian pemerintahan ORMAS dalam melakukan evaluasi dan kajian agar bangkit dan produktif :
1. Dengan dana penyelenggaraan sebesar 1-3 - 2 M, apakah tujuannya tercapai ? Siapa target pasar dan berapa jumlah kunjungan wisatawan yang terdampak dari festival pesona Raja Ampat ? Apakah jumlah dana tersebut memadai ?
Baca Juga:
Raja Ampat Tak Butuh Tambang, Sektor Pariwisata Dapat Hasilkan Rp300 Miliar dalam Setahun
2. Bagaimana membedakan festival pesona Raja Ampat dengan festival-festival lainnya ? Apa yang menjadi ciri khas dan kekuatan festival pesona Raja Ampat ? Perlukah diganti nama festival ?
3. Kenapa festival sepi pengunjung dari Nusantara maupun manca negara ? Pesan yang tidak sampai ataukah musim libur yang berbeda dengan waktu festival, maupun tiket transportasi yang mahal ?
4. Pelaksana festival, salah satu aspek gagalnya sebuah produk acara adalah pelaksananya, termasuk festival pesona Raja Ampat, apakah penunjukkan pelaksana festival selama ini menggunakan etika birokrasi sudah tepat atau perlu skema baru ?