PAPUA-BARAT.WAHANANEWS.CO - Tiap tahun, Pemerintah Kabupaten Raja Ampat melaksanakan Calender Of Event Festival Pesona Raja Ampat, milyaran rupiah digelontorkan untuk even bergengsi tersebut sebagai ajang marketing pariwisata Raja Ampat, namun sejauh mana efektifitas dana yang dikeluarkan dan hasil yang dicapai pemerintah kabupaten Raja Ampat dari festival ini ?
Festival pesona Raja Ampat dari tahun ke tahun mengalami penurunan kualitas namun biaya yang disiapkan tidak pernah ikut turun, anehnya, pada kurun waktu 10 tahun terkahir, festival sepi pengunjung, terlihat ramai hanya pada saat pembukaan dan penutupan festival.
Baca Juga:
Surat Terbuka DPP ASITA Tentang Ancaman Aktivitas Tambang Nikel di Kawasan Wisata Raja Ampat
Kuliner yang disajikan pun standar, termasuk UMKM yang menyediakan souvenir dan hasil kerajinan, termasuk pengisi acara seni dan budaya, semakin menunjukkan rendahnya kualitas Festival Pesona Raja Ampat yang konon katanya untuk memasarkan produk wisata Raja Ampat.
Festival Pesona Raja Ampat sendiri tidak memiliki ciri khas apa sebenarnya yang ditampilkan dan membedakan festival pesona dengan festival lainnya?. Terutama akhir-akhir ini banyak festival yang digagas Pemda Raja Ampat, baik itu Festival Gemar Ikan, Festival Suling Tambur, dan festival budaya, yang kebanyakan acaranya hampir mirip - mirip, termasuk ramai hanya pada pembukaan dan penutupan.
Festival Raja Ampat Untuk Apa dan Siapa
Baca Juga:
Raja Ampat Tak Butuh Tambang, Sektor Pariwisata Dapat Hasilkan Rp300 Miliar dalam Setahun
Festival Pesona Raja Ampat merupakan Calender of Event Pariwisata Raja Ampat yang dilaksanakan setiap tahun pada 18-21 Oktober. Festival ini merupakan bagian dari marketing pariwisata untuk memperkenalkan Raja Ampat ke pentas dunia untuk menarik wisatawan berkunjung ke Raja Ampat serta menaikan jumlah kunjungan wisatawan, target dari festival adalah pasar wisatawan nusantara dan manca negara, namun kenyataannya berbeda dengan hasil yang diharapkan, festival hanya sebagai hiburan untuk masyarakat kota Waisai semata.
Jika dilihat dari festival yang ramai hanya pada pembukaan dan penutupan saja, maka biaya miliaran rupiah yang digelontorkan dipastikan sebagian besar habis untuk kaos festival, pengisi acara, panggung, keamanan, stand pariwisata, kuliner dan UMKM serta masyarakat kota Waisai yang terhibur. Kalau demikian, apakah tujuan festival tercapai, tentu tidak, perlu dilakukan kajian ulang.
Pemerintahan ORMAS Perlu Mengkaji Ulang Festival Pesona Raja Ampat
Setahu penulis, Festival Raja Ampat dan festival-festival lain belum pernah dilakukan evaluasi oleh pemerintahan kabupaten Raja Ampat setelah selesai kegiatan dilaksanakan, dan mungkin hal ini terjadi hampir selama kabupaten Raja Ampat melaksanakan festival.
Oleh sebab itu, ini kesempatan emas untuk ORMAS dapat memulai sesuatu yang baru dalam masa kepemimpinannya dengan melakukan evaluasi dan kajian sebagaimana visi ORMAS, bangkit dan produktif menuju masyarakat sejahtera.
Jika festival sepi pengunjung dari luar Waisai dan kemasan acaranya yang biasa-biasa saja, bagaimana festival pesona Raja Ampat bisa bangkit dan produktif. Sebuah tantangan untuk pemerintahan ORMAS.
Banyak aspek yang harus menjadi perhatian pemerintahan ORMAS dalam melakukan evaluasi dan kajian agar bangkit dan produktif :
1. Dengan dana penyelenggaraan sebesar 1-3 - 2 M, apakah tujuannya tercapai ? Siapa target pasar dan berapa jumlah kunjungan wisatawan yang terdampak dari festival pesona Raja Ampat ? Apakah jumlah dana tersebut memadai ?
2. Bagaimana membedakan festival pesona Raja Ampat dengan festival-festival lainnya ? Apa yang menjadi ciri khas dan kekuatan festival pesona Raja Ampat ? Perlukah diganti nama festival ?
3. Kenapa festival sepi pengunjung dari Nusantara maupun manca negara ? Pesan yang tidak sampai ataukah musim libur yang berbeda dengan waktu festival, maupun tiket transportasi yang mahal ?
4. Pelaksana festival, salah satu aspek gagalnya sebuah produk acara adalah pelaksananya, termasuk festival pesona Raja Ampat, apakah penunjukkan pelaksana festival selama ini menggunakan etika birokrasi sudah tepat atau perlu skema baru ?
5. Evaluasi setiap festival setelah kegiatan selesai, tujuan dan target tercapai atau tidak, berapa persen capaiannya, apakah ada masalah yang dihadapi sehingga mempengaruhi hasil, dsb.
Kiranya masukan yang sederhana ini dapat menjadi catatan pemerintahan ORMAS saat ini, untuk memperbaiki kualitas festival, serta memperbaiki citra pariwisata Raja Ampat.
* Penulis : Joris Stef Omkarsba/Alumni Managemen Pariwisata S2, Sekolah Tinggi Pariwisata / NHI Bandung
* Editor : Hotbert Purba