PAPUA-BARAT.WAHANANEWS.CO, Yogyakarta - Universitas Gadjah Mada kembali menunjukkan komitmennya dalam membumikan semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) tahun 2025.
Sebanyak 29 mahasiswa lintas fakultas akan diterjunkan ke wilayah timur Indonesia, tepatnya di Kota Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, untuk menjalankan misi pengabdian bertema “Optimalisasi Ekowisata dan Potensi Maritim Berkelanjutan melalui Sinergi Tata Kelola Pemerintah dengan Pendekatan Bottom-Up”.
Baca Juga:
Mahasiswa UGM Tewas Ditabrak BMW, Pengemudi Resmi Tersangka
Hal ini disampaikan Divisi Humas KKN-PPM Sorai Waisai 2025, Fakhri Muhammad dalam keterangan tertulis kepada PAPUA-BARAT.WAHANANEWS.CO, Selasa (27/5/2025).
Kata dia, dipilihnya Waisai bukan tanpa alasan. Sebagai ibu kota Kabupaten Raja Ampat, wilayah ini menyimpan kekayaan ekosistem laut dan darat yang luar biasa, dari keindahan terumbu karang, eksotisme burung cenderawasih, hingga kearifan lokal masyarakat adat yang kuat.
Namun, berbagai tantangan seperti infrastruktur yang masih terbatas, belum optimalnya pengelolaan potensi wisata, hingga akses masyarakat terhadap proses pembangunan masih kurang, sehingga menjadi alasan utama pentingnya kehadiran kolaboratif dan pemberdayaan masyarakat yang tepat sasaran.
Baca Juga:
Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unamin Sorong
"Kegiatan KKN Sorai Waisai 2025 akan dilaksanakan di empat desa utama, yaitu: Bonwakir, Sapordanco, Waisai Kota, dan Warmasen," ujar Fakhri.
Sambungnya, Mahasiswa akan menjalankan program berbasis lima fokus utama, mulai dari pengembangan wisata edukatif berbasis SAVE Tourism, penguatan kapasitas masyarakat dalam ekowisata berkelanjutan, pemetaan sumber daya alam, perencanaan partisipatif pembangunan desa, hingga pemanfaatan teknologi ramah lingkungan untuk keberlanjutan wisata.
Semntara, Dr. Djaka Marwasta selaku Dosen Pembimbing Lapangan menegaskan pentingnya pendekatan terpadu dan inklusif dalam mendorong pembangunan berkelanjutan di Raja Ampat.
Ia menekankan bahwa sinergi antar pihak menjadi kunci dalam menghadapi tantangan infrastruktur, pengelolaan sumber daya, dan aksesibilitas wilayah.
"Kami tidak datang membawa solusi instan, melainkan mendorong terbukanya ruang dialog dengan berbagai pemangku kepentingan untuk merumuskan langkah bersama. Pendekatan kolaboratif ini diharapkan mampu menjaga kelestarian lingkungan, memperkuat ekonomi lokal, serta mengembangkan infrastruktur dan sosial budaya secara berkelanjutan," ujar Dr. Djaka.
Lebih lanjut, Irnandini Putri, selaku Koordinator Mahasiswa KKN Sorai Waisai 2025, menyampaikan harapan agar program ini dapat menjadi ruang temu antara semangat muda, pengetahuan akademik, dan kearifan lokal.
“Kami membayangkan masa depan di mana warga Waisai dan generasi muda bisa bersama-sama mengembangkan pariwisata yang bukan hanya menarik secara visual, tetapi juga kuat dalam etika dan berakar pada lingkungan. Harapan kami, inisiatif kecil ini bisa menjadi bagian dari gerakan besar pembangunan berkelanjutan dari timur Indonesia untuk dunia,” ujarnya.
Semangat kolaborasi juga tercermin dalam kerja intensif tim komunikasi dan hubungan eksternal yang telah dilakukan sejak jauh hari. Di bawah koordinasi Fakhri Muhammad selaku Koordinator Humas KKN Sorai Waisai 2025, upaya komunikasi dengan berbagai pihak, khususnya pemerintah daerah, telah berlangsung dengan baik dan membangun optimisme terhadap kelancaran pelaksanaan program, mulai dari pemberangkatan hingga pemulangan mahasiswa.
Lanjut Fakhri, Tim Humas KKN menaruh harapan agar seluruh niat baik dan rencana yang telah dirancang sejak awal dapat diterima secara terbuka oleh masyarakat dan pemangku kepentingan di Raja Ampat.
Komunikasi yang telah terjalin dengan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan pemangku kepentingan lainnya dinilai cukup lancar dan konstruktif.
Diharapkan, keberadaan tim KKN nantinya dapat memperkuat hubungan yang telah terbentuk sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat setempat.
Pengabdian ini juga menjadi ruang praktik nyata bagi kolaborasi pentahelix antara akademisi, pemerintah, komunitas lokal, pelaku usaha, dan media.
Dalam pelaksanaannya, mahasiswa akan banyak terlibat dalam pendampingan masyarakat dan pemerintah daerah, digitalisasi pariwisata, sosialisasi gizi seimbang, hingga pelatihan digital marketing dan pengelolaan limbah organik.
"Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari dedikasi UGM di Tanah Papua serta bentuk konsistensi kampus dalam menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat perubahan sosial," demikian Fakhri Muhammad.
[Redaktur: Sandy]