Wahananews-Papua Barat | Umat Buddha di Sorong, Papua Barat akan memiliki vihara yang baru. Mereka tengah membangun Vihara Buddha Maitreya yang berlokasi di KM 08, Kota Sorong, Papua Barat.
Upacara blessing atau pemberkahan lokasi pembangunan telah dilakukan pada Selasa, 29 Maret 2022 lalu, dihadiri Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Nyoman Suriadarma, didampingi Plt. Kakanwil Kemenag Provinsi Papua Barat dan Pembimas Buddha.
Baca Juga:
Wali Kota Jakbar Resmikan Penggunaan Rumah Ibadah Vihara di Cengkareng
"Semoga pembangunan vihara ini cepat terwujud. Kuncinya, umat harus solid, saling membantu dan bekerja sama," pesan Nyoman Suriadarma, dikutip Senin (4/4).
Sebelumya, Nyoman Suriadarma melihat Sekolah Cinta Kasih dan Dhammaseka Buddha, yang berada dalam komplek Vihara Buddha Sorong.
“Membangun sekolah adalah investasi jangka panjang, membangun sekolah adalah usaha yang mulia dalam ikut mencerdaskan dan membina budi pekerti anak bangsa," ujar Nyoman.
Baca Juga:
Ribuan Umat Buddha Akan Hadiri Dharmasanti Waisak 2023 di Pelataran Candi Borobudur
"Vihara selain sebagai tempat ibadah, juga bisa difungsikan sebagai pengembangan pendidikan," tambahnya.
Nyoman Suriadarma juga berkunjung ke Vihara Guan Yin Chan Si yang terletak di SP1 Kabupaten Sorong. Di situ, juga digelar prosesi doa lokasi pembangunan vihara.
“Vihara juga memiliki sisi sosial, umat Buddha bisa bersinergi dengan masyarakat sekitar dan lintas agama untuk saling bantu pada bidang kemanusiaan," tutur Nyoman Suriadarma.
Tempat ibadah lainnya yang dikunjungi adalah Vihara Buddha Sasana yang berada di jalan Rambutan, Kelurahan Malagusa, Aimas Kabupaten Sorong.
Kehadiran Nyoman Suriadarma, disambut Bhikkhu Jayaseno sekaligus pengurus Vihara Buddha Sasana.
Menelisik Kerukunan di Manokwari
Manokwari dikenal sebagai Kota Injil dan Kota buahnya Papua.
Nyoman Suriadarma mengakui bahwa Manokwari menjadi kota yang rukun. Kehidupan masyarakatnya cukup toleran.
Ini terlihat dari dari adanya bangunan rumah ibadah secara berdampingan, seperti Pura, Masjid, Gereja dan Vihara.
"Di Manokwari ini sangat nampak kerukunannya, terlihat adanya rumah ibadah Pura, Masjid, Gereja dan Vihara, dibangun secara berdampingan yang menjadi wujud nyata dari pelaksanaan toleransi dan keharmonisan hidup beragama," kata Nyoman Suriadarma saat peletakan batu pertama Vihara Bodhi Prajna Paramita, di Satuan Pemukiman (SP) 3 Kecamatan Prafi.
Bagi Nyoman Suriadarma, Vihara memiliki banyak fungsi, di antaranya sebagai tempat untuk membina keyakinan dan sosial kemasyarakatan.
"Kita berharap, semoga pembangunan Vihara Bodhi Prajna cepat terwujud dengan kerja sama umat, masyarakat, donatur, dan pemerintah," harapnya.
Gubernur Provinsi Papua Barat yang diwakili oleh Staff Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Muhamad Tawakal menyampaikan bahwa pembangunan Vihara Bodhi Prajna Paramita ini menjadi wujud nyata dari pelestarian Buddha Dhamma di Nusantara, khususnya di Manokwari, Papua Barat.
Ini juga menjadi bagian implementasi program Kementerian Agama dalam merealisasikan nilai-nilai moderasi beragama dan membangun kampung toleransi.
"Pemprov siap mendukung program Kementerian Agama dalam mewujudkan Papua yang lebih rukun," kata Muhamad Tawakal.
Dalam kunjungannya ke Papua Barat, Nyoman Suriadarma juga singgah di Kabupaten Teluk Bintuni. Untuk sampai di Teluk Bintuni, membutuhkan waktu perjalanan darat selama kurang lebih 7 jam dengan jarak tempuh 271 kilometer.
Nyoman Suriadarma didampingi Kasubdit Kelembagaan pada Direktorat Urusan dan Pendidikan Agama Buddha, Karsan, Kabid Agama Kristen Kanwil Kemenag Provinsi Papua Barat, Ketua Umum SAGIN beserta anggota Sangha, Wasekjen 1 PP MBI, dan Pengurus DPD MBI Provinsi Papua Barat.
Selama perjalanan darat, rombongan disuguhi pemandangan indah alam Papua.
Terlihat hamparan hutan, meski ada beberapa kilometer medan jalan yang cukup sulit dilewati untuk sampai ke Kabupaten Teluk Bintuni.
"Terima kasih kepada Gubernur Papua Barat, Bupati Teluk Bintuni yang telah memberikan perhatian kepada umat Buddha. Ini menjadi kekuatan bersama untuk mewujudkan cita-cita membangun Vihara," kata Nyoman Suriadarma.
Nyoman Suriadarma mengharapkan agar umat Buddha di Teluk Bintuni dapat menjaga kemunikasi yang baik dengan pemerintah dan juga masyarakat lainnya demi terciptanya kerukunan.
"Kerukunan itu sejatinya adalah modal utama bagi masyarakat dalam sebuah proses pembangunan," tambah Nyoman Suriadarma.
Gubernur Provinsi Papua Barat, Dominggus Mandacan menyampaikan bahwa dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, Bhineka Tunggal Ika itulah Papua. Bintuni adalah Rumah Kebhinnekaan.
"Saya berharap semoga pendirian Vihara Buddha Vamsa ini menjadi teladan dan menjadi sarana ibadah umat Buddha. Membangun dengan hati, mewujudkan dengan kasih, semoga Papua senantiasa aman," tutup Dominggus Mandacan.