Pengamatan burung cendrawasih dapat dilakukan pada pagi dan sore hari. Selama pengamatan, wisatawan akan melihat keunikan perilaku burung seperti menari untuk memikat lawan jenis, keindahan bentuk dan warna bulu, serta kemerduan suara yang dikeluarkannya.
Selain birdwatching, atraksi lainnya untuk wisata minat khusus, yakni jungle treking dan night trekking untuk melihat jenis satwa lain seperti burung maleo, kakatua, kuskus, ular, katak, dan sebagainya. Selama berwisata pengunjung diperkenankan untuk mematuhi code of conduct birdwatching. Untuk mengikuti atraksi ini tarifnya dibanderol mulai Rp200 ribu.
Baca Juga:
Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Kasus Masih dalam Penyelidikan
Atraksi lain yang disuguhkan adalah musik bambu dan tarian adat Man Kombon. Dinamakan Kelompok Man Kombon karena berasal dari bahasa betew yang artinya cenderawasih.
Tarian ini menceritakan tentang perilaku cenderawasih wilson dan merah, yang dianggap sebagai raja penjaga hutan. Tariannya selau diiringi musik bambu dan patung cendrawasih.
Ilustrasi: Menyelam di Raja Ampat
Baca Juga:
Setyo Budiyanto Terpilih sebagai Ketua KPK: OTT Tetap Senjata Utama
Alat yang digunakan berbahan dasar bambu yang dibuat langsung oleh seniman lokal diiringi oleh gitar dan ukulele, suling dan kerang tronton. Kegiatan ini biasa dilakukan pada saat perayaan hari-hari besar adat atau penyambutan tamu dari berbagai instansi luar kampung.
Wisatawan tentunya dapat menyelami keindahan bawah laut Desa Wisata Saporkren. Dengan kondisi ekosistem terumbu karang yang masih terjaga dan sangat bagus, berbagai jenis ikan karang yang mudah dijumpai di sini seperti ikan baraccuda, ikan kakatua dan ikan Amphiprion sp..
Wisatawan juga dapat melihat lumba-lumba yang sedang migrasi melintasi perairan Kampung Saporkren. Selama berwisata, wisatawan sendiri akan diarahan oleh pemandu untuk tetap memerhatikan norma dan juga budaya kampung sekitar dengan tidak membuang sampah, merusak terumbu karang dan berpakaian yang baik.