Tentu harga yang berbeda dan berubah ini di sebabkan oleh banyak Faktor.
Pedagang atau pelaku agen dan pengecer minyak punya alasan kalkulasi matematis ekonomi. Yaitu karena moda transportasi yang mahal, jarak angkut yang jauh dan alasan lain sebagainya.
Baca Juga:
680 Liter Pertalite Diamankan, Sat Reskrim Polres Subulussalam Tangkap Seorang Pria Diduga Lakukan Penyalahgunaan BBM
Adapun persoalan lain yang menghambat kebijakan BBM Satu harga juga di sebabkan oleh mafia penimbunan minyak, atau konsumen skala besar yang membeli BBM dalam skala besar yang berujung pada kelangkaan BBM yang berimplikasi pada fluktuasi harga BBM yang tidak wajar di daerah.
Bagaimana Kondisi yang akan Terjadi Pasca Kenaikan Harga BBM?
Kenaikan harga BBM yang coba di siasati dengan kebijakan subsidi silang atau bantuan langsung tunai tentu tidak serta-merta mengatasi laju inflasi, efek ekonomi dan krisis multidimensional yang akan terjadi.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Tindak Tegas SPBU Nakal
Bahwa kondisi ekonomi yang belum pulih secara baik akibat pandemic Covid -19 tentu menjadi beban tersendiri bagi masyarakat di daerah Indonesia timur dan khususnya di Papua dan Papua Barat.
Jika sebelumnya kebijakan BBM satu harga yang di harapkan dapat mengatasi ketimpangan harga atau selisih harga yang berbeda antara Papua dan jawa, itupun pada tingkatan implementasi masih menghadapi kondisional dan karakteristik daerah sehingga harapan BBM satu hargapun belum terlaksana dengan baik.
Nah, bagaimana menjalankan dan mempertahankan kebijakan BBM Satu Harga tersebut di tengah kenaikan harga BBM Saat ini?.