WahanaNews-Papua Barat | Saat ini kasus virus covid-19 kembali naik, ini diduga karena berkurangnya protokol kesehatan (prokes) yang dilakukan masyarakat sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) melonggarkan kebijakan boleh tidak memakai masker di luar ruangan.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merekomendasikan agar aturan menggunakan masker diberlakukan kembali. Aturan tersebut tidak hanya berlaku di ruang tertutup, tetapi juga untuk semua aktivitas yang dilakukan di luar ruang.
Baca Juga:
Kejagung Didesak Tetapkan Mantan Bupati Samosir Tersangka Dugaan Korupsi Dana Covid
"Awal-awal April masih 200-an kita, sekarang bulan ini sudah di atas angka 1000 kasus," ujar Pengurus Besar IDI bidang Penyakit Menular, Erlina Burhan di Jakarta melansir WahanaNews.co, Rabu (22/6/2022).
Menurut Erlina Burhan sebelumnya, pemerintah memang telah mencabut aturan penggunaan masker di ruang terbuka. Namun, masyarakat tetap harus menggunakan masker ketika beraktivitas di ruang tertutup.
Selain itu, aturan kewajiban swab antigen atau tes PCR untuk bepergian jarak jauh juga dihapus dengan syarat sudah melakukan vaksin tahap tiga.
Baca Juga:
Kejagung Didesak Tetapkan Tersangka Baru Kasus Dugaan Korupsi Dana Covid-19 di Kabupaten Samosir
Menurut Erlina, saat ini, varian virus baru, yakni Omicron BA.4 dan BA.5 lebih cepat menular. Untuk itu ia mengimbau masyarakat untuk tidak menggunakan masker kain. Ia menganjurkan masyarakat untuk selalu menggunakan masker medis.
"Minimal masker medis. Nanti kalau disuruh double, sekarang saja masyarakat sudah lelah," imbuhnya.
Selain itu, IDI juga merekomendasikan pemerintah kembali memberlakukan aturan PCR untuk seseorang yang akan melakukan perjalanan.
Terutama, bagi mereka yang menggunakan transportasi publik. Anjuran ini berlaku untuk semua masyarakat, termasuk yang sudah melakukan vaksin tahap 3.
"Sebaiknya ada status antigennya negatif atau PCR-nya negatif," singkatnya.
Ia menilai, IDI mempertimbangkan durasi waktu yang dibutuhkan saat melakukan perjalanan jarak jauh. Perjalanan yang berjam-jam tanpa tahu status semua penumpang, risiko tertular pun menjadi sangat potensial.
"Bukan mempersulit pelaku perjalanan, tapi upaya pencegahan antisipasi kita bisa menekan status ini," pungkasnya. [hot]