Kedua, mendukung transisi energi sebelum akhirnya energi bersih dapat menjadi supplier utama pemenuhan kebutuhan energi. Dalam fase transisi energi ini, natural gas memegang peranan penting karena keberadaannya yang dipandang sebagai energi fosil paling bersih.
“Cocok dengan lapangan di Regional Indonesia Timur yang banyak menghasilkan gas, terutama untuk lapangan yang berada di kawasan timur seperti Sulawesi dan Papua” ungkap Arifin.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Salurkan Bantuan ke 7 Posko Erupsi Gunung Lewotobi
Strategi ini termasuk juga upaya komersialisasi gas dari lapangan marginal dan stranded gas dari beberapa sumur yang dulunya tidak termanfaatkan dengan maksimal.
Pemanfaatan stranded gas ini dilakukan untuk menopang keekonomian lapangan. Stranded gas dikembangkan menjadi Compressed Natural Gas (CNG) untuk memasok industri kecil di Jawa Timur seperti rumah makan atau pabrik berskala kecil menengah.
Strategi terakhir yakni mulai melakukan inovasi dari new business dan memperkuat faktor pendukung. Implementasinya adalah melakukan cost optimization dan operational excellence, transformasi sistem dan digitalisasi, melakukan sinergi dengan entitas Pertamina lainnya di luar Regional Indonesia Timur, dan komersialisasi produk.
Baca Juga:
Pertamina Manfaatkan Potensi Alam untuk Serap Karbon Lewat Dua Inisiatif Terintegrasi
Di hadapan seluruh media yang hadir, Arifin menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas dukungan media terhadap operasi perusahaan.
“Bagi kami media bukan hanya mitra, tapi juga memegang peranan strategis sebagai penyambung antara perusahaan dengan pemangku kepentingan lainnya, sehingga operasi migas di wilayah timur ini dapat berjalan dengan aman dan lancar demi mewujudkan ketersediaan energi menuju Indonesia Emas,” jelasnya.
Diketahui, Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina merupakan pengelola hulu migas yang secara geografi tersebar di Jawa Timur, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua yang terdiri dari asset offshore dan onshore.