PAPUA-BARAT.WAHANANEWS.CO, Manokwari - Hujan deras yang mengguyur sejak pukul 13.00 hingga 20.00 WIT pada Jumat (16/5/2025), banjir bandang melanda Kampung Jim, Distrik Catubouw, Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat.
Luapan air dari daerah hulu menghantam kawasan tempat tinggal sementara (Camp) para penambang emas tradisional sekitar pukul 21.00 WIT, dengan menghanyutkan tenda dan perlengkapan penambang.
Baca Juga:
Update Banjir Bandang Pegunungan Arfak, 6 Korban Meninggal Ditemukan
Awalnya satu orang warga atas nama Harun Meidodga (Laki-laki, 22 tahun) ditemukan meninggal dunia dan 4 orang mengalami luka-luka. Sementara dalam pencarian hari ini, Senin (19/5/2025) ditemukan 6 korban meninggal, sehingga masih terdapat 13 orang lainnya yang hingga kini masih dinyatakan hilang dan sedang dalam proses pencarian intensif oleh tim gabungan.
Proses pencarian pada pukul 13.00 WIT, Senin (19/5.2025) terpaksa dihentikan sementara karena cuaca buruk dan potensi longsor susulan yang dapat membahayakan tim.
Hal ini disampaikan Kapolres Pegunungan Arfak, Kompol Bernadus Okoka saat memimpin tim melakukan pencarian di lokasi banjir bandang.
Baca Juga:
Pasca Banjir Bandang di Distrik Catubouw Kabupaten Pegunungan Arfak, 35 Personil Gabungan Diterjunkan Evakuasi Korban
"Operasi hari ini, tim berhasil menemukan dan mengevakuasi enam (6) korban banjir bandang, dan pencarian akan dilanjutkan besok," kata Kapolres Okoka dikutp rilis Humas Polda Papua Barat.
Kapolres memastikan bahwa operasi pencarian hari kedua akan dilanjutkan besok pagi.
Sementara, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari melalui keterangan tertulis, Senin (19/5/2025), menanggapi kejadian ini. Ia mengatakan BPBD Kabupaten Pegunungan Arfak langsung melakukan pendataan secara menyeluruh terkait korban dan dampak bencana.
Selain itu, BPBD Kabupaten Pegunungan Arfak terus berkoordinasi intensif dengan BPBD Provinsi Papua Barat serta berbagai pihak terkait lainnya untuk mempercepat proses pencarian korban dan memastikan penanganan yang efektif di lapangan.
Perkembangan terkini, proses pencarian terhadap 19 korban yang masih hilang terus dilakukan secara intensif oleh tim gabungan di lapangan.
Sambung Abdul Muhari, dalam upaya pencarian masih berlangsung meskipun menghadapi kendala minimnya jaringan komunikasi di lokasi terdampak yang menyebabkan kesulitan dalam pelaporan situasi dan koordinasi langsung di lapangan.
Sebagai bentuk pencegahan terhadap kejadian serupa, BNPB menghimbau masyarakat di wilayah rawan bencana, khususnya area lereng dan aktivitas tambang tradisional tersebut, untuk meningkatkan kewaspadaan selama musim hujan.
"Segera menjauh dari lokasi berisiko saat hujan deras dan laporkan potensi bahaya kepada aparat setempat. Keselamatan jiwa adalah prioritas utama," demikian Abdul Muhari.
Diketahui data korban yang masih hilang, diantaranya:
1. Pit Takaliumang (L/19 tahun),
2. George Takaliumang (L/55 tahun),
3. Yoce Takaliumang (L/40 tahun),
4. Billi Takaliumang (L/50 tahun),
5. Andre Mandage (L/20 tahun),
6. Fence Mandage (L/41 tahun),
7. Jhon (L/sekitar 40 tahun),
8. Jun (L/sekitar 25 tahun),
9. Olden Mote (L/sekitar 25 tahun),
10. Reki Mote (L/sekitar 35 tahun),
11. Jufri Sarenosa (L/sekitar 35 tahun),
12. Melkianus Mandacan (L/30 tahun),
13. Robertus Edison Nurak (L/sekitar 30 tahun),
14. Oktovianus Petrus Alwandi (L/23 tahun),
15. Laurensius Danilson (L/23 tahun),
16. Yan Leo (L/26 tahun),
17. Eleven Primus Elianus (L/29 tahun),
18. Epen (L/sekitar 20 tahun), dan
19. Erik (L/sekitar 25 tahun).
Selain itu, terdapat pula empat orang yang mengalami luka-luka, yakni:
1. Fretswan Unas (L/33 tahun),
2. Juandi Takaliumang (L/22 tahun),
3. Yeskiel Takaliumang (L/34 tahun), dan
4. Karunyak Takaliumang (L/44 tahun).
[Redaktur: Alpredo Gultom]