Papua-Barat.WahanaNews.co, Jakarta - Ketua umum Jaringan Nasional Keumatan (JNK) Nanang Firdaus Masduki, menilai kekecewaan kedua guru sekaligus sahabat Jokowi yakni FX Hadi Rudyatmo Ketua DPC PDI-P Solo dan Seno Kusumoarjo kakak kandung mantan Bupati Boyolali Seno Samudro sangat mendasar.
Menurut Nanang, Jokowi yang sejak maju menjadi Walikota Solo hingga presiden dari PDIP seperti kacang lupa kulitnya.
Baca Juga:
Ribuan Warga Hadir, Saat Jokowi Blusukan di Banyumas Dampingi Luthfi
"Itu bisa rasional dan dipahami, dan ini menjadi pelajaran berharga dalam perpolitikan nasional ke depan," kata Nanang, Senin 6 November 2023.
Sebelumya, dua sahabat sekaligus guru politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan isi hatinya setelah putranya, Gibran Rakabuming Raka menjadi bakal cawapres Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Dia adalah FX Hadi Rudyatmo (Ketua DPC PDI-P Solo) dan Seno Kusumoarjo (kakak kandung mantan Bupati Boyolali Seno Samudro dan tokoh PDI-P Solo Raya.
Baca Juga:
Pertemuan Hangat Presiden Prabowo dan Presiden ke-7 RI di Kota Surakarta
Keduanya kecewa dengan keputusan Presiden Jokowi yang mengizinkan Gibran Rakabuming Raka (Wali Kota Solo) bergabung dengan KIM di Pilpres 2024.
"Kalau saya dukungnya Ganjar-Mahfud. Tegak lurus kok. Kalau kita mendukung Ganjar - Mahfud itu bukan kita yang berubah, yang berubah yang sana (Jokowi). Wong katanya Marhaenis kok dukungnya ke sana-sana (Prabowo-Gibran), piye itu," kata Seno di sela pertemuan dengan Rudy di kediamannya Mojosongo, Solo , Sabtu (4/11/2023) sore.
Sebagai informasi, karir politik Jokowi mulai dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta hingga menjadi Presiden RI dua periode tidak lepas dari sosok Rudy dan Seno. Sosok Seno inilah yang pertama kali mengenalkan Jokowi kepada Rudy melalui paman Jokowi, Miyono (almarhum).
Pada saat itu sekitar tahun 2005, Rudy menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Solo. Dari situlah awal karir politik Jokowi dimulai.
Setelah banyak belajar politik dari kedua seniornya, Jokowi kemudian berpasangan dengan Rudy untuk meraih jabatan Wali Kota Solo periode pertama.
Jokowi - Rudy berhasil memimpin Solo hingga 2 periode (2005 hingga 2015). Namun pada 2012 Jokowi memilih mengadu nasib ke Ibu kota untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Menang pilkada DKI dan hanya 2 tahun menjabat gubernur, Jokowi pun sukses memenangkan Pilpres 2014 setelah berpasangan dengan politisi senior Golkar, Jusuf Kalla.
Rampung menjabat orang nomor satu di Indonesia, periode 2014-2019 Jokowi berpasangan dengan Ma'ruf Amin dan memenangkan Pilpres 2019.
Pilpres 2024 menjadi pertaruhan kredibilitas Jokowi karena keputusannya yang mengizinkan Gibran menjadi cawapres Prabowo Subianto.
"Kita itu kan bersahabat dari dulu. Saya jelek-jelek begini ngelahirkan pemimpin di Republik ini," ujar Rudy di kediaman Seno, Mojosongo.
Namun belakangan saat ada sidang gugatan Mahkamah Konstitusi (MK), dilanjutkan Gibran mendaftar ke KPU bersama Prabowo, dua sahabat Jokowi itupun merasa dikecewakan. Semenjak itu mereka mengaku berbeda sikap dengan Jokowi.
Sahabatnya itu ditengarai sudah berbeda, karena tidak tegak lurus dengan PDI Perjuangan, partai yang membesarkannya. Seno maupun Rudy tak yakin Jokowi akan bersikap netral dalam Pilpres 2024, mengingat anaknya maju sebagai cawapres Prabowo.
"Kita dulu itu sak omah (satu rumah). Wiwit enom konco bareng (Dari muda teman bersama). Dipukuli orang bertiga bareng. Sama Jokowi kita bareng terus dari waktu wali kota pertama. Dari awal wali kota dua periode, gubernur, sampai Presiden dua periode kita berdua yang dukung," kata Seno.
Seno menambahkan, keputusan Jokowi mengizinkan anaknya Gibran Rakabuming Raka bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju merupakan hak asasi yang bersangkutan. Namun ia tidak sependapat dengan cara Jokowi yang dinilainya tidak baik.
"Memutuskan sesuatu yang baik itu hendaknya didasari dengan proses yang baik dilandasi niat yang baik juga. Tentang pencalonan Gibran, rasanya ini kok nggak terpenuhi. Keinginan Jokowi untuk mencalonkan anaknya sebagai wakil presiden itu baik. Tapi apakah prosesnya baik?. Prosesnya kan dinilai banyak orang nggak baik," lanjut dia.
Seno dan Rudy sangat berharap, Jokowi benar-benar netral di Pilpres mendatang. Jokowi tidak menyalahgunakan kekuasaan termasuk menggerakkan aparat.
[Redaktur: Hotbert Purba]