Wahananews-Papua Barat | Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), berkomitmen menjaga ekosistem pesisir dan laut sebagai penopang perekonomian, kesejahteraan, dan ketahanan bangsa secara terukur.
Pasalnya, ekosistem laut dan pesisir menyimpan 'karbon biru' (blue carbon) yang akan membantu Indonesia memenuhi komitmen perubahan iklim dan menjaga iklim bumi.
Baca Juga:
Serangan Brutal KKB di Papua: Satu Polisi Tewas, Warga Terluka
Untuk itu, sejak tahun 2017, BRSDM pun menggandeng Japan International Cooperation Agency (JICA), untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan konservasi sumber daya padang lamun dan mangrove yang merupakan ekosistem penyerap karbon (blue carbon).
Sebagai tindak lanjut program Science and Technology Research Partnerships for Sustainable Development (SATREPS) untuk Comprehensive Assessment and Conservation of Blue Carbon Ecosystems and their Services in the Coral Triangle (BlueCARES) yang terlaksana sejak tahun 2017, dilaksanakan 5th Joint Coordinating Committee (JCC) sebagai wadah koordinasi antara Indonesia, Filipina dan Jepang, pada Kamis,17 Maret 2022.
Kepala BRSDM, I Nyoman Radiarta, dalam sambutannya menerangkan bahwa kondisi global dalam dua tahun terakhir penuh dengan tantangan akibat pandemi Covid-19, yang juga berimbas pada program SATREPS BlueCARES di Indonesia.
Baca Juga:
Penukaran Utang dengan Konservasi, KKP Optimalkan Terumbu Karang di Wilayah Timur
Namun demikian, kerja sama yang terjalin baik dengan mitra dirasa efektif dalam melaksanakan program yang bermanfaat untuk pengelolaan ekosistem pesisir dan laut bagi generasi mendatang.
"Lima tahun telah berlalu sejak pembentukan resmi program SATREPS BlueCARES pada tahun 2017, dan sekarang kita berada di tahun terakhir program tersebut. Di mana tujuan akhir dari proyek ini adalah untuk mengembangkan dan menerapkan Strategi Pengelolaan Karbon Biru berbasis ilmu pengetahuan yang diharapkan dapat berkontribusi pada kebijakan yang terkait dengan konservasi dan perubahan iklim baik itu dalam skala lokal, nasional maupun regional," terang Nyoman.
Terkait dengan kendala di masa pandemi, Nyoman turut memaparkan dua poin penting arah perkembangan program SATREPS BlueCARES di Indonesia.
Pertama, di tingkat regional, ia berharap seluruh pihak dapat fokus pada output program guna mendukung berbagai kebijakan di Indonesia dalam hal pengelolaan ekosistem pesisir dan laut, termasuk berkontribusi pada perencanaan pembangunan rendah karbon.
Kedua, terkait dengan transformasi BRSDM, Nyoman berharap kerja sama dengan seluruh mitra dapat tetap terjalin untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang telah ditetapkan bersama.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Fidel R. Nemenzo, Chancellor of University of the Philippines Diliman; Kazuo Nadaoka, Chief Technical Advisor of BlueCARES Projectl; Rene Rollon, College of Science, University of the Philippines Diliman; serta seluruh tim SATREPS BlueCARES. BlueCARES merupakan salah satu proyek SATREPS dengan fokus penelitian blue carbon untuk pengembangan strategi nasional blue carbon yang akan mendorong konservasi ekosistem pesisir sekaligus memberikan kontribusi pada program mitigasi perubahan iklim.
Secara teknis, komponen kegiatan dalam kerja sama ini meliputi: kuantifikasi kapasitas simpanan karbon mangrove dan lamun sebagai penguatan sektor perubahan iklim Indonesia; kuantifikasi dan valuasi layanan ekosistem yang dimanfaatkan masyarakat (perikanan, perlindungan pantai, ekowisata, badan lainnya); serta kuantifikasi dinamika ekosistem pesisir dan layanan ekosistemnya, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dari hulu ke hilir.
Sebelumnya, pada Mei 2021, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong penelitian-penelitian lebih lanjut terkait blue carbon untuk dijadikan dasar ilmiah dalam suatu kebijakan.
Dirinya juga berharap ekosistem laut dan pesisir dapat dijaga kelestariannya, agar dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. [hot]