PAPUA-BARAT.WAHANANEWS.CO, Fakfak - Upaya memperluas akses pendidikan inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Kabupaten Fakfak memasuki tahap baru dengan dimulainya Program Pengimbasan Training of Trainer (TOT) Pengajar Al-Qur’an Bahasa Isyarat Tahun 2025.
Program yang diinisiasi SLB Negeri Terpadu Fakfak ini secara resmi dibuka oleh Ketua Baznas Kabupaten Fakfak, Hardi Lamonca, S.Sos., M.Si, di Hotel Fakfak, Rabu (19/11/2025) pagi.
Baca Juga:
MKB Anies Baswedan Didik Persona ToT Kawal TPS Pilgub Jakarta November 2024
Pelatihan berdurasi dua hari, 19–20 November 2025 ini diawali pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Mursal Rumbaru, S.Pd., kemudian dilanjutkan dengan sambutan pembukaan.
Dalam pengantarnya, Hardi menjelaskan, Baznas merupakan lembaga resmi negara yang diberi mandat untuk menghimpun dan menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekah melalui berbagai program strategis, termasuk bidang pendidikan.
Ia menekankan, pendidikan inklusif menjadi fokus penting mengingat setiap individu berhak mengembangkan potensi diri tanpa terkecuali.
Baca Juga:
Musim Mas Targetkan Program Women Smallholders Sasar Lebih Banyak Perempuan Perkebunan
Hardi menyebut penyelenggaraan TOT pengajar Al-Qur’an bahasa isyarat sebagai implementasi komitmen Baznas untuk memperkuat layanan pendidikan bagi kelompok rentan, khususnya penyandang disabilitas rungu dan wicara.
Menurut dia, layanan pendidikan yang ramah dan inklusif harus terus dipupuk agar anak berkebutuhan khusus memperoleh kesempatan belajar yang setara dan memiliki ruang untuk mengembangkan kemandirian.
Trainer Pengajar Al-Qur’an Bahasa Isyarat tahun 2025 Kabupaten Fakfak dengan Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Fakfak, Muhammad Tahir Patiran, S.Sos., MM.
Program ini juga diharapkan menjawab keterbatasan tenaga pengajar SLB di Fakfak, terutama guru pendamping dengan kompetensi linear.
Melalui TOT ini, peserta pelatihan diproyeksikan menjadi agen perubahan di sekolah masing-masing sehingga pendidikan inklusif dapat berjalan lebih optimal.
Dukungan penuh terhadap program ini juga disampaikan Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Fakfak, Muhammad Tahir Patiran, S.Sos., MM, yang hadir mewakili kepala dinas.
Ia menilai program TOT memiliki nilai strategis untuk memperluas akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk dalam pembelajaran keagamaan.
Tahir menyebut apresiasi dinas terhadap program ini “seribu persen,” mengingat masih terbatasnya layanan pendidikan khusus di Fakfak.
Tahir mengungkapkan, pemerintah daerah telah menyiapkan langkah konkret dengan membebaskan lahan seluas dua hektar pada tahun lalu, senilai sekitar Rp800 juta, untuk pembangunan fasilitas pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Namun, proses pembangunan menghadapi tantangan, termasuk penolakan sebagian pihak terkait lokasi.
Ia menegaskan, lahan yang dipilih merupakan opsi terbaik mengingat kondisi geografis Fakfak.
Tahap awal pembangunan ditargetkan dimulai pada Desember 2025, bermula dari kegiatan penataan lahan dan pemasangan alat berat.
Saat ini, terdapat sekitar 32 siswa berkebutuhan khusus yang tengah mengikuti proses belajar mengajar, meskipun fasilitas yang digunakan masih terbatas.
Dinas Pendidikan mengakui kondisi tersebut, tetapi memastikan layanan pendidikan tetap berjalan sambil menunggu pembangunan fasilitas baru.
Tahir juga menyoroti pentingnya peran keluarga dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Ia menyebut masih banyak anak yang belum terdata karena orang tua merasa malu menyekolahkan mereka. Padahal, jumlah siswa yang tercatat di SLB baru 23 orang, sementara diperkirakan masih banyak yang belum memperoleh layanan.
“Ini sudah ada komunitas dan layanan khusus. Kami mengajak orang tua agar tidak ragu membawa anak-anaknya ke sekolah, karena mereka berhak mendapatkan pendidikan yang layak,” ujarnya.
Ketua Panitia sekaligus Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SLB Negeri Terpadu Fakfak, Siti Nur Wasis, S.Pd., M.Pd., dalam laporannya menjelaskan, penyelenggaraan TOT ini merupakan komitmen bersama untuk menghadirkan pendidikan yang benar-benar inklusif.
Ia menyoroti pentingnya memastikan siswa tuna rungu dan tuna wicara tidak tertinggal dalam pembelajaran agama.
Menurutnya, pengajaran Al-Qur’an tidak sekadar hafalan, tetapi harus mendorong pemahaman nilai-nilai yang membentuk karakter.
Siti Nur menyampaikan apresiasi kepada Baznas Republik Indonesia yang telah menyalurkan dana ZIS secara produktif untuk memperkuat pendidikan inklusif.
Ia berharap kolaborasi ini dapat menjadi model pemanfaatan dana zakat dalam pengembangan kapasitas guru dan pendamping anak berkebutuhan khusus.
“Dukungan ini adalah amanah yang kami pertanggungjawabkan melalui kualitas lulusan pelatihan,” katanya.
Pelatihan menghadirkan narasumber Mustakim, Lc., M.Ag., dan diikuti 30 peserta dari berbagai satuan pendidikan, mulai dari SLB Negeri Terpadu Fakfak, sekolah dasar, madrasah, hingga rumah tilawah.
Peserta dilatih menguasai teknik bahasa isyarat Al-Qur’an serta pendekatan pembelajaran mendalam yang adaptif, berkesadaran, dan menyenangkan bagi siswa berkebutuhan khusus.
Program TOT ini ditargetkan memperkuat kapasitas guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan ramah disabilitas.
Para peserta juga diharapkan menjadi pengimbas yang memperluas manfaat pelatihan di sekolah masing-masing, sehingga kualitas pengajaran Al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus semakin merata di Kabupaten Fakfak.
[Redaktur: Hotbert Purba]