Darmawan juga menambahkan, program electrifying agriculture ini akan menjadi terobosan bagi para pelaku usaha untuk meningkatkan produktivitas dan dapat meningkatkan tingkat efisiensi biaya operasional.
"Kita telah laksanakan di seluruh penjuru negeri, semuanya sudah mulai beralih ke electrifying agriculture dan merasakan manfaat yang sama dari sistem kelistrikan yang dimiliki PLN," tutur Darmawan.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Moch. Andy Adchaminoerdin mengatakan, khusus di daerah Kabupaten Enrekang PLN sudah menandatangani Nota Kesepahaman dalam hal pemanfaatan listrik untuk budidaya bawang merah. Dia menjelaskan, PLN berkomitmen untuk mendorong pendapatan dan produktivitas petani melalui program electrifying agriculture. Salah satunya dengan terus meningkatkan jumlah petani dan peternak yang merasakan manfaat program electrifying agriculture.
“Selain mendukung electrifying agriculture, hal ini juga merupakan langkah PLN untuk memenuhi listrik di daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal). Mengingat Desa Saruran, Kabupaten Enrekang yang berada di daerah pegunungan dan jauh dari pemukiman penduduk yang saat ini sudah dapat menikmati pelayanan dari PLN,” kata Andy.
Andy mencatat khusus di Kabupaten Enrekang terdapat 75 petani bawang merah dengan peruntukkan pompanisasi telah menjadi pelanggan PLN. Adapun total daya terpasang untuk pelanggan tersebut sebesar 795 kiloVolt Ampere (kVA). Sedangkan per Maret 2023 di wilayah kerja PLN UID Sulselrabar secara total sudah ada 3.333 pelanggan electrifying agriculture dengan total daya 186.923 kVA. [afs/hot]