WahanaNews-Papua Barat | Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, untuk mencegah stunting, hal yang utama dilakukan adalah dengan intervensi spesifik pada ibu sejak remaja, dan intervensi spesifik pada anak di usia 6 bulan sampai 24 bulan.
Hal itu disampaikan Menkes Budi Gunadi Sadikin, dalam pertemuan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), di Bogor, Jabar, Selasa (17/1).
Baca Juga:
Pemerintah Kota Semarang Raih Penghargaan Terbaik I Penanganan Stunting di Jawa Tengah
“Stunting saya pesannya cuma dua. Yaitu intervensi spesifik pada ibu sejak remaja dengan memberikan tablet tambah darah, dan pada anak usia 6 sampai 24 bulan dengan memberikan protein hewani pada MPASI,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Dilansir laman kemkes.go.id, Menkes Budi menjelaskan, stunting merupakan kurang gizi yang mengakibatkan rendahnya IQ anak sebesar 20% di bawah rata-rata.
Dengan demikian jika dilihat dari sudut pandang pendapatan daerah, apabila SDM di suatu daerah memiliki IQ rendah maka pendapatan daerah akan rendah juga.
Baca Juga:
Bele Mo'o Sehati: Strategi Dinkes Gorontalo Tangani Stunting dengan One Stop Service
Karena masalahnya adalah jika seseorang dengan intelektual rendah maka dia tidak bisa bekerja dengan profesi yang lebih tinggi yang menghasilkan income yang juga lebih tinggi.
''Jadi kalau kita mau maju, pendapatannya tinggi, jangan sampai stunting. Karena kalau stunting itu intelektualnya 20% lebih rendah,'' ucap Menkes Budi.
Untuk mencegah stunting, lanjut Menkes, yang paling penting adalah mesti intervensi spesifik jangan sampai ibu di usia remaja mengalami anemia. Intervensinya dengan memberikan tablet tambah darah dan memastikan tablet tersebut diminum.